Liputan6.com, Jakarta - Kedua bagian black box AirAsia QZ8501, yakni Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR) sudah berhasil ditemukan. Sejak diangkat dari dasar laut, kedua bagian black box tetap diletakkan di wadah berisi air layaknya akuarium. Begitu pula saat tiba di Jakarta, FDR dan CVR tetap direndam di air.
Ternyata, perendaman black box ini bukan tanpa alasan. Perendaman ini juga punya cerita sendiri hingga cara ini masih tetap dijaga.
Ketua Tim Investigasi AirAsia Mardjoni Siswosuwarno menuturkan, sebelum teknologi benar-benar maju seperti sekarang ini, alat perekam masih menggunakan tape atau kaset berpita. Kaset ini sangat sensitif dan mudah rusak, terlebih terendam di laut.
"Ini cerita lama, dulu namanya rekaman dibuat di media tape, kaset. Nah kalau direndam di air laut dikhawatirkan air membasahi tape itu. Kemudian tape bisa keriting, rusak, keriput," jelas dia di kantor KNKT, Jakarta, Selasa (13/1/2015).
Dosen teknik mesin ITB yang mengenakan kemeja hitam itu tampak semakin bersemangat menceritakan hal ini. Mardjono menambahkan, perendaman dilakukan agar tidak terjadi perubahan kondisi memori modul secara signifikan. Misalnya saja, dari yang tadinya begitu basah tiba-tiba saja kering.
"Nah untuk itu direndam supaya tidak ada pengeringan tiba-tiba," imbuh dia.
Saat ini, teknologi perekam data memang sudah sangat canggih. Bahkan, kini sudah menggunakan media berupa chip. Tapi, pria yang sudah bergabung dengan KNKT sebagai investigator sejak 1996 ini tetap menggunakan teknik itu untuk menjaga agar black box tetap dalam kondisi baik.
"Diharapkan tidak ada air yang masuk, siapa tahu ada yang retak," tandas Mardjono. (Ali/Ans)
Cerita di Balik Perendaman Black Box AirAsia QZ8501
Sejak diangkat dari dasar laut, kedua bagian black box tetap diletakkan di wadah berisi air layaknya akuarium.
Advertisement