Liputan6.com, Jayapura - Ratusan mahasiswa dan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih (FK Uncen), Papua, turun ke jalan memprotes aksi teror yang dilancarkan terhadap puluhan dosen dan ratusan mahasiswa. Teror diduga dilakukan kelompok tidak bertanggung jawab di lingkungan FK Uncen.
Aksi protes dilakukan dengan berjalan kaki dari kampus di wilayah Abepura, ke Kantor Gubernur Papua di Jayapura yang berjarak sekitar 20 km.
Salah satu mahasiswa FK Uncen, Benyamin Lagiasenagai menuturkan, ancaman teror membuat fakultas seperti dalam suasana darurat dan tidak ada aktivitas.
"Kami diusir dari perkuliahan tanpa ada alasan jelas. Kami heran, kenapa tidak ada yang bisa menghentikan aksi kelompok ini agar tak mengganggu mahasiswa dalam perkuliahan," jelas dia, Jumat (16/1/2015)
Mahasiswa menilai, Dekan FK saat ini tidak memiliki keberanian untuk mengusut tuntas kasus teror tersebut. Sebab, menurut Benyamin, sudah jelas tindakan tersebut adalah perbuatan kriminal.
"Seharusnya dekan bertindak cepat terhadap kelompok yang mengganggu perkuliahan kami. Tapi ini tak ada respons, sehingga kami pun terhambat dalam proses perkuliahan," ujar Benyamin.
Mahasiswa dan dosen melakukan aksi jalan kaki untuk menyampaikan masalah ini langsung kepada Gubernur Papua.
Menurut Dekan FK Uncen Johannes Krey, sejumlah dosen yang mengajar di FK sudah mulai resah karena ancaman yang diterima dari kelompok yang tidak bertanggung jawab.
"Kami telah melakukan rapat bersama dengan para dosen dan banyak hal yang harus disampaikan kepada rektor terkait masalah ini. Dosen dan para dokter yang sedang melakukan praktik di rumah sakit bahkan sudah mulai resah dengan aksi dari masyarakat yang tidak bertanggung jawab ini, " ujar Johannes.
Dia menambahkan, "Keamanan dosen sudah mulai tidak terjamin akibat teror pengusiran dan makian yang diterima di kampus."
Terkait masalah ini, Komisi V DPRD Papua akan memanggil Rektor Uncen. "Permasalahan ini tak bisa dibiarkan. Ternyata universitas terbesar di Papua belum mampu memperbaiki manajemennya. Kemungkinan Senin, Minggu depan, akan kita kumpulkan semuanya dan mencari solusi akan permasalahan kondisi ini," jelas Nioluen Kotouki, anggota DPR Papua Komisi V yang membidangi kesehatan dan pendidikan.
Masalah ini berawal saat Paulina Watopa diganti kepemimpinannya karena tersandung kasus dugaan korupsi senilai Rp 700 juta dalam proyek pengadaan fasilitas kedokteran tahun 2008/2009. Watopa seharusnya menjabat dekan FK Uncen untuk periode 2013-2017. Namun pada pertengahan 2014, dia diberhentikan oleh Rektor Uncen atas sejumlah permasalahan yang menjerat Watopa. (Sun/Sss)
Merasa Diteror, Mahasiswa dan Dosen Uncen Papua Turun ke Jalan
Mahasiswa menilai, Dekan FK saat ini tidak memiliki keberanian untuk mengusut tuntas kasus teror tersebut.
Advertisement