Sukses

Indra J Piliang Jadi Ketua Tim Ahli Menpan RB karena Teman Dekat

Selain karena teman dekat, pemilihan Indra J piliang berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB), Yuddy Chrisnandi, membentuk tim ahli yang beranggotakan 25 orang yang dipimpin oleh teman dekatnya Indra J Piliang. Selain karena teman dekat, Yuddy mengatakan, pemilihan Indra J Piliang berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

"Kalau bukan temen siapa lagi, di mana-mana itu yang deket dulu, yang kita kenal. Tapi yang memiliki kapasitas dan kapabilitas yang teruji," kata Yuddy di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (21/1/2015).

Menurutnya, kemampuan dan rekam jejak Indra J Piliang tidak bisa diragukan lagi. Menurutnya, Indra adalah akademisi sekaligus politisi yang berintegritas.

"Indra J Piliang itu kan master di bidang public administration, dia juga peneliti di SCIR, dia politisi di Partai Golkar. Integritasnya bagus dan non-struktural, non-kementerian, itu tim ahli karena panggilan patriotik," ujar dia.

Masih kata Yuddy, pemilihan orang luar Kemenpan RB sebagai ketua tim ahli bukan tanpa alasan. Hal itu menurutnya, agar dalam memberikan masukan lebih bebas dan mewakili pandangan masyarakat luas.

"Kalau dari dalam kan sudah ada, dari staf ahli, dari deputi, macem-macem sudah lengkap. Mampu (orang dalam), kalau yang dari luar dia bisa memberikan masukan yang lebih luas dengan prespektif yang baru di luar birokrasi, lebih bebas mereka menangkap pandangan di luar bagaimana kita melakukan penataan reformasi birokrasi yang dikehendaki masyarakat," beber Yuddy.

Tim Ahli Menpan RB Tak Digaji‎?

Yuddy Chrisnandi menjelaskan, meskipun pihaknya membentuk tim ahli yang beranggotakan 25 orang, tidak menyebabkan terjadinya pemborosan.

"Pemborosan itu kalau pakai uang negara, menggunakan fasilitas pemerintah. Mereka datang dengan patriotic call," kata Yuddy.

Menurutnya, anggota tim ahli tersebut adalah orang yang mau berkomitmen ikut membangun bangsa tanpa pamrih. Sehingga, negara tidak terbebani dengan keberadaan mereka.

"Mereka orang yang punya kompetensi, punya keahlian dan mereka mau tidak digaji, itu yang penting. Kalau ada yang mau lagi bagus, seratus nggak apa-apa yang penting negara tidak menambah pengeluaran," terang dia.

Lanjut dia, tim ahli tersebut akan memberi masukan pada tataran pemikiran. Jika menyewa jasa akademisi kampus, anggaran yang dikeluarkan dinilai akan membengkak.

"Orang-orang yang terpanggil untuk membantu pemerintahan melalui reformasi, melalui sumbangan pemikirannya terhadap reformasi birokrasi. Kalau kita harus bayar doktor-doktor berapa? Profesor-profesor berapa," tandas Yuddy Chrisnandi. (Ado)