Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir terus menunjukkan komitmennya dalam memaksimalkan potensi besar ekonomi syariah di Indonesia. Salah satunya dengan mengoptimalkan pengoperasian Bank Syariah Indonesia (BSI).
Apalagi Indonesia merupakan negara dengan pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Hal ini tentu membuat pangsa pasar ekonomi syariah di Indonesia memiliki peluang yang sangat besar.
Erick Thohir mengatakan, melalui BSI capaian perkembangan industri syariah makin jelas terbuka. Hasil dari kinerja BSI pun kini sudah banyak dinikmati langsung oleh masyarakat.
Advertisement
Baca Juga
"Bank Syariah Indonesia (BSI) kini menjadi bank syariah terbesar ketujuh di dunia," kata Erick Thohir, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Senin (13/2/2023).
Dia menambahkan, capaian tersebut tentu menjadi satu kemajuan yang baik dalam upaya pengembangan sektor ekonomi syariah di Tanah Air.
Mantan Presiden Inter Milan ini menyebut, kehadiran BSI banyak membuat ekonomi syariah lebih menggeliat. Bahkan terus hidup di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Contohnya, perputaran uang melalui BSI di Jawa Barat mencapai Rp22 triliun, sementara Kabupaten Bogor mencapai Rp2 triliun," ujar Erick Thohir.
Karena itu, dia berharap agar BSI dapat terus konsisten dalam mengawal pertumbuhan ekonomi umat agar dapat terus melaju ke arah yang lebih positif lagi.
Laba BSI Capai 40,68 Persen
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) membukukan kinerja positif sepanjang 2022 dengan membukukan laba bersih sebesar Rp 4,26 triliun atau tumbuh 40,68 persen secara tahunan (yoy). Pencapaian ini merupakan laba tertinggi sepanjang sejarah berdirinya bank syariah di Indonesia.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi menuturkan, pertumbuhan laba perseroan diiringi dengan meningkatnya aset BSI yang saat ini mencapai Rp 305,73 triliun, tumbuh 15,24 persen secara year on year.
Selain itu, juga ditopang oleh pertumbuhan bisnis yang sehat dari segmen retail dan wholesale serta didukung oleh peningkatan dana murah, kualitas pembiayaan yang baik, efisiensi dan efektivitas biaya dan fee based income (FBI).
Peningkatan laba bersih juga didorong oleh pencapaian kinerja penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp261,49 triliun yang tumbuh 12,11 persen secara yoy, pembiayaan yang tumbuh 21,26 persen secara yoy menjadi Rp 207,70 triliun , kualitas pembiayaan yang terjaga baik tercermin dari NPF Gross di level 2,42 persen serta peningkatan fee based income BSI Mobile mencapai Rp 251 miliar, tumbuh 67 persen secara yoy.
Hingga Desember 2022, total pembiayaan BSI mencapai Rp 207,70 triliun, dengan porsi pembiayaan yang didominasi oleh pembiayaan konsumer sebesar Rp 106,40 triliun, tumbuh 25,94 persen secara yoy.
Selain itu, pembiayaan wholesale sebesar Rp 57,18 triliun atau tumbuh 15,80 persen secara yoy dan pembiayaan mikro yang mencapai Rp 18,74 triliun, tumbuh 32,71 persen secara yoy.
Meningkatnya pemahaman literasi keuangan syariah di Indonesia, tambah Hery, juga menjadi pendorong pertumbuhan kinerja dan efektivitas layanan digital yang mampu menjangkau nasabah sesuai segmen.
"Capaian ini merupakan apresiasi bagi BSI atas kepercayaan nasabah terhadap kinerja positif industri perbankan syariah di Indonesia. Kedepan, perseroan secara kontinu akan lebih agile untuk mewujudkan BSI menjadi top 5 di pasar domestik dan top 10 di level global,” kata Hery.
Advertisement