Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan peta daerah rawan kriminal di DKI Jakarta, Jakarta Pusat menempati peringkat pertama sebagai daerah paling rawan kejahatan serta gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat.
Berikutnya menyusul Jakarta Timur yang menempati urutan kedua. Kemudian di urutan ketiga dan keempat yakni Jakarta Utara dan Jakarta Selatan.
Menanggapi hasil pemetaan 2014 yang dikeluarkan Polda Metro Jaya itu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, mengaku memiliki 3 solusi yang tengah dikerjakan saat ini.
Pertama, memberantas premanisme. "Kita berusaha mengurangi preman yang biasanya mengutip uang parkir dengan parkir meter atau terminal parking electronic (TPE), dengan dikasih 2 kali UMP kalau sudah kontrak. Kalau mereka tukang nodong, mau minta gede terus kita hajar, nggak benar," ucap Ahok di Balaikota Jakarta, Selasa (27/1/2015).
Kedua, Pemprov DKI tengah berupaya membebaskan semua kawasan kumuh di Jakarta. Sehingga para pelaku kriminal tak punya lagi tempat bersembunyi. Adapun warga yang tinggal di pemukiman kumuh dipindahkan ke rumah susun yang lebih manusiawi.
"Sehingga saya bisa kontrol. Di situ anak-anaknya bisa kita perhatikan, istrinya kasih kegiatan itu, akan mempengaruhi suaminya supaya nggak macam-macam," jelas Ahok.
Solusi ketiga, Pemprov DKI akan memasang kamera pengawas atau CCTV di daerah protokol. Rencananya, 2.500 CCTV akan dipasang tahun ini. Sehingga pengawasan tindak kriminal tidak hanya dilakukan petugas jaga. "Itu untuk memantau," kata mantan bupati Belitung Timur tersebut.
Di Jakarta Pusat, daerah-daerah yang rawan yakni kawasan Monumen Nasional (Monas), Tanah Abang, Gelora Bung Karno Senayan (GBK), Pasar Senen, dan Gunung Sahari.
Sedangkan di Jakarta Timur, daerah-daerah yang rawan yaitu Cipayung, Cibubur, Cipinang, Kampung Rambutan, Rawamangun, dan lainnya. Sementara, di Jakarta Utara yakni Penjaringan, Cilincing, Gunung Sahari, dan Plumpang. (Sun/Yus)