Sukses

Prawira Harja, Penumpang AirAsia Teridentifikasi Lewat Liontin

Tim DVI berkomunikasi dengan petugas gabungan agar tidak memakai kopi dan kapur barus untuk menghilangkan aroma tak sedap jenazah.

Liputan6.com, Surabaya - Tim Disasater Victim Identification (DVI) berhasil mengungkap 1 lagi identitas jenazah penumpang pesawat AirAsia QZ8501 jurusan Surabaya-Singapura. Identitas yang terungkap pada 31 hari pascajatuhnya pesawat 28 Desember 2014 itu bernama Prawira Harja Subagio. Jenazahnya teridentifikasi melalui kalung dan liotin yang masih melekat.

Menurut Ketua Tim DVI Kombes Pol Dr Budiyono, selain berdasarkan rekaman CCTV, jenazah dengan label nomor B 067 juga teridentifikasi melalui data pemeriksaan gigi yang sesuai dengan cetakan gigi dari dokter gigi, yang pernah memeriksakan gigi korban semasa hidup.

"Diperkuat juga dengan temuan data sekunder yang sangat signifikan yang kita dapat dari informasi keluarga, yaitu pada tulang klavikula (tulang selangka) kiri dipasang pelat karena pernah mengalami patah tulang. Setelah dicek ternyata sama dan masih melekat pada tulang korban," tutur Budiyono didampingi Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Awi Setiyono saat konferensi pers di posko Crisis Center, Mapolda Jatim, Surabaya, Selasa (27/1/2015).

Dia menambahkan, jenazah pria asal Sidoarjo, Jawa Timur tersebut juga teridentifikasi melalui data antropologi hingga diketahui jenis kelamin, usia, dan tinggi badan.

"Dari satu data primer gigi, dan data sekunder berupa adanya pemasangan pelat di tulang klavikula, analisa CCTV dan antropologi, maka tim telah memastikan, jenazah B 067 tidak terbantahkan lagi sebagai Prawira Harja Subagio, lelaki usia 31 tahun, warga Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia," lanjut dia.

Dengan teridentifikasinya jasad Prawira Harja Subagio, maka total keseluruhan jenazah yang berhasil teridentifikasi sebanyak 55 jenazah. Dengan rincian 23 jenazah perempuan dan 22 laki-laki jasad berjenis kelamin laki-laki.

Kesulitan Tim DVI

Kombes Pol Budiyono mengatakan, sulitnya proses identifikasi terhadap sejumlah jenazah korban pesawat AirAsia QZ8501 lantaran berbagai faktor.

"Di antaranya, kondisi jenazah dan properti yang sudah rusak, hingga membuat sampel DNA yang didapat dari keluarga korban tidak sesuai dengan DNA jenazah," tutur dia.

Selain itu, adanya kesalahan proses evakuasi yang dilakukan petugas gabungan ketika mengangkat jenazah dari dalam laut hingga dibawa menuju Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

"Kesalahan tersebut antara lain pemisahan properti yang masih melekat di tubuh korban, serta penanganan jenazah yang dibubuhkan kopi dan kapur barus untuk menghindari bau menyengat pada tubuh korban," imbuh dia.

Untuk menghindari kesalahan serupa, Tim DVI mengaku sudah melakukan komunikasi dengan petugas gabungan yang berada di Pangkalan Bun supaya tidak melakukan hal tersebut.

"Kami sudah berkoordinasi dengan petugas gabungan di sana supaya tidak melakukan hal tersebut. Biar kami yang di sini (Tim DVI) tidak mengalami kesulitan dalam proses identifikasi," pungkas Budiyono. (Mvi/Ans)

Video Terkini