Liputan6.com, Serang - Bangkai kapal Perang Dunia II, Hams Pert milik Australia dan USS Houston milik Amerika Serikat, akan dijadikan benda cagar budaya oleh Pemerintah Indonesia. Dua kapal perang itu tenggelam di Selat Sunda pada 1942.
Namun sebelum mewujudkan rencana itu, pemerintah masih mengkaji dan membicarakannya dengan negara pemilik kapal. Salah satu yang menjadi perhatian adalah dugaan masih adanya amunisi dan bahan peledak di bangkai kapal tersebut.
"Tentunya harus ada kajian panjang mengenai posisi kapal. Pemerintah harus menjamin keselamatan pelayaran," kata Nafri, Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Banten, di ruang rapat kantor ASDP Ferry Cabang Merak, Banten, Sabtu (31/1/2015).
Untuk membicarakan masalah itu, Pemerintah Indonesia diwakili KSOP, TNI AL, Ditpolair Polda Banten, Peneliti Cagar Budaya, dan Direktorat Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan.
Terkait dugaan masih adanya amunisi dan bahan peledak, KSOP meminta agar tim ahli cagar budaya beserta Direktorat Navigasi mengkaji ulang posisi pasti dua kapal tersebut, sehingga bisa menjamin keselamatan dalam berlayar.
"Disarankan, jalur navigasi kapal dikaji ulang dan diganti. Area tersebut harus dijadikan area terlarang, tidak boleh ada kapal yang buang jangkar di situ," terang Nafri.
Tak hanya itu, KSOP juga telah melayangkan surat ke Kementrian Luar Negeri (Kemlu) karena keberadaan dua bangkai kapal asing itu bisa saja mempengaruhi hubungan luar negeri Indonesia.
"Kemlu berpendapat, dua kapal perang ini harus mendapatkan penetapan lebih dulu dari pemerintah, dengan tetap memperhatikan zonasi perlindungan cagar budaya. Kami juga berkewajiban mempublikasikan potensi bahaya terkait amunisi yang kemungkinan masih aktif," tegas dia.
Besi Kapal Dijarah
Baca Juga
Adapun Pemerintah Australia yang diwakili Atase Pertahanan Australia untuk Indonesia, Brigjen John Gould, mengaku senang Pemerintah Indonesia memperhatikan bangkai kapal perang mereka.
"Saya sangat bangga dengan Indonesia. Kami bersama-sama mencari solusi agar kapal ini tetap aman, tapi juga tidak membahayakan keselamatan pelayaran di perairan tersebut. Kami berterima kasih karena Pemerintah Indonesia memberikan perhatian terhadap kapal ini," kata John Gould.
John Gould yang mampu berbahasa Indonesia dengan terbata-bata ini menjelaskan, berdasarkan catatan di negaranya, amunisi Perang Dunia II kemungkinan masih berada di dalam kapal saat tenggelam.
Namun dia tak bisa memastikan hal tersebut. Karena seiring berjalannya waktu, bisa saja amunisi itu sudah dijarah oleh tangan tak bertanggung jawab. Sebab, besi kapal perang Hams Perth itu diduga telah dicuri pada 2013.
"Kalau dulu tenggelam selama 73 tahun, kurang lebih amunisi masih ada. Untuk memastikan itu berbahaya atau tidak, harus ada pakar atau ahli yang melihat. Terus, ada orang orang yang ambil besi secara liar sebanyak 6 ribu ton, seperti perunggu, pipa, dan besi-besi tua," demikian John Gould. (Sun/Sss)
Advertisement