Liputan6.com, Jakarta - Semangat Kenji Goto menginformasikan nasib masyarakat yang tinggal di daerah konflik harus terhenti. Kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) mengeksekusi mati jurnalis dari Jepang itu.
Rinko Jogo harus menerima kenyataan mendapati akhir hidup suaminya yang tragis. Meski pedih, Rinko bangga dengan sosok suaminya, Kenji.
"Saya sangat bangga pada suamiku, yang melaporkan nasib orang-orang di daerah konflik, seperti Iraq, Somalia, dan Suriah," kata dia lirih, seperti dilaporkan ABC News, Senin 2 Februari 2015.
Advertisement
"Itu adalah gairahnya, untuk menyoroti, khususnya lewat mata anak-anak, dan memberitahukan kita semua tentang tragedi dalam sebuah perang," imbuh dia.
Kenji berangkat ke Suriah pada akhir Oktober 2014 karena hendak membuat film dokumenter, hanya beberapa minggu setelah kelahiran putri mereka. Tak lama kemudian, pria 47 tahun itu ditangkap para militan ISIS.
Video kematian Kenji disebar Sabtu pagi, 31 Januari 2015, menyusul Haruna Yukawa yang dieksekusi sebelumnya. Video kematian Haruna disebar pada 24 Januari 2015.
Ibunda Kenji Goto, Junichi Goto juga sangat berduka. Meski masih berat menerima kenyataan, anaknya sudah meninggal, dia berharap jasad putranya itu dipulangkan ISIS.
"Kenji kini sudah tiada, hatiku hancur... Aku tak bisa berkata-kata lagi," ujar Junichi kepada NHK, yang dimuat News.com.au, Minggu 1 Februari 2015.
Sang ibunda mengenang Kenji sebagai sosok anak yang baik, bertanggung jawab, dan pemberani. Dia juga dianggap sebagai pahlawan karena sempat berusaha menyelamatkan sandera lain dari cengkeraman ISIS.
Jepang Murka
Jepang menangisi kepergian Kenji. Tak ada lagi pria berkuncir dengan tawa riang nan ramah.
Seperti dikutip dari laman US News, Senin 2 Februari 2015, untuk mengenangnya, sebuah akun Facebook (FB) 'Kenji Goto', dibuat sesaat setelah video pertama yang memuat dirinya sebagai tawanan dirilis ISIS bulan. Tak perlu waktu lama, puluhan ribu tanda 'like' menyerbu akun FB-nya.
Sementara foto-foto solidaritas dari seluruh dunia bertebaran. Dalam foto-foto tersebut, orang-orang berpose sembari memegang kertas bertuliskan 'Saya adalah Kenji.'
Juru bicara pemerintah Jepang, Yoshihide Suga mengatakan, Jepang murka atas perilisan video Haruna dan Kenji Goto tersebut.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan Jepang tidak akan menyerah pada terorisme dan dia akan meningkatkan bantuan ke Timur Tengah. Abe mengatakan, aksi ISIS tersebut adalah terorisme yang jelas tak bisa dibiarkan.
"Saya merasa sangat geram pada tindak terorisme yang hina dan tidak manusiawi ini. Jepang akan bekerja dengan komunitas internasional untuk membawa mereka yang bertanggungjawab atas kejahatan ini ke pengadilan," kata Abe seperti dikutip BBC, Minggu (1/2/2015).
Ayah 2 anak itu adalah reporter lepas yang telah veteran. Dia bekerja dengan sesama pembuat film dan produser TV Jepang. Karyanya terbentang di antara tsunami di timur laut Jepang hingga konflik di Sierra Leone, Afrika Barat.
Banyak juga kisah tentang mereka yang rapuh: anak-anak dan orang-orang miskin. Pada 2005, dia menulis sebuah buku tentang penderitaan anak-anak di Sierra Leone, 'Kami Ingin Kedamaian, Bukan Berlian.'
Kenji punya cara unik untuk mendekati orang-orang yang ditulis dalam kisahnya, pelukan. "Saya ingin memeluk orang-orang. Itu adalah cara terbaik untuk bisa mendekati mereka. Dengan memeluk mereka, saya bisa berbicara dengan orang-orang, mendengar pandangan mereka, rasa sakit serta keinginan mereka," ucap Kenji semasa hidup saat menceritakan soal pekerjaannya.
Dunia Mengecam
Kecaman atas pemenggalan tawanan asal Jepang, Kenji Goto mengalir dari berbagai belahan dunia. Pemerintah Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis bergabung bersama pemerintah Jepang dalam mengecam aksi pemenggalan tersebut.
Dalam pernyaan resmi, Presiden AS Barack Obama mengatakan AS mengecam pembunuhan sadis mendiang Goto. Sedangkan Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan ISIS merupakan perwujudan kejahatan yang tidak memedulikan nyawa manusia.
Pasukan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat kembali melancarkan serangan besar-besaran untuk menghancurkan sarang kelompok ISIS di Irak.
Pejabat Khusus Kepresidenan AS Brett McGurk mengatakan, pihaknya baru saja melakukan 27 serangan udara yang menargetkan 76 sarang ISIS. Salah satu target yang dihancurkan merupakan pabrik tempat pembuatan bom.
"Ini merupakan markas ISIS yang berada di dekat Kirkuk (Irak)," ujar McGurk, seperti dimuat Al-Arabiya, Senin 2 Februari 2015.
Selain itu, McGurk mengonfirmasi ahli senjata kimia ISIS Abu bernama Malik tewas akibat gempuran udara tersebut.
"Abu Malik pernah bekerja di pabrik senjata kimia pemerintah Irak di bawah pemerintahan Saddam Husein sebelumnya bergabung dengan Al-Qaeda dan ISIS," demikian pernyataan Komando Militer AS.
Sejauh ini, koalisi pimpinan AS yang beranggotakan Inggris, Prancis, Australia, dan Arab Saudi telah melakukan lebih dari 2.000 serangan udara terhadap ISIS sejak 8 Agustus 2014. Langkah tersebut sebagai balasan atas aksi ISIS yang menggempur dan merebut wilayah Irak dan Suriah. Juga balasan atas pemenggalan yang dilakukan algojo ISIS terhadap sejumlah sandera asing.
ISIS mengeksekusi Kenji Goto setelah memberikan tenggat waktu kepada Pemerintah Negeri Sakura untuk membayar tebusan senilai Rp 2,5 triliun. Perundingan antara kedua pihak mengalami buntu lantaran ISIS juga meminta anggota Al-Qaeda yang ditahan Yordania, Sajida al-Rishawi, untuk dibebaskan.
Video pemenggalan Kenji Goto dirilis pada Sabtu 31 Januari 2015. Dalam sebuah rekaman bertajuk 'Pesan untuk Pemerintah Jepang', algojo ISIS yang berbicara dengan aksen mirip Inggris itu mengatakan, "Mimpi buruk untuk Jepang sudah dimulai," ujar sang eksekutor.
Dalam rekaman berdurasi 66 detik itu, si algojo kemudian menempelkan sebilah pisau di leher Goto. Tak diperlihatkan apa yang terjadi selanjutnya. Video eksekusi terhadap warga asing lain yang beredar sebelumnya juga tak menampilkan penggorokan.
ISIS sebelumnya mengeksekusi Haruna Yukawa , pria Jepang yang disandera bersama Kenji Goto. Kematian Yukawa diperoleh berdasarkan sebuah gambar dan audio yang diposting secara online, Sabtu 24 Januari 2015. Haruna Yukawa, pergi ke Timur Tengah untuk bertempur.
Postingan itu datang 4 hari setelah sebuah video ISIS menuntut agar pemerintah Jepang membayar US$ 200 juta dalam 72 jam untuk membebaskan para sandera.
Tak hanya memuat soal eksekusi Yukawa, pada postingan itu juga disampaikan permintaan baru ISIS untuk pertukaran tahanan. Suara itu meminta pembebasan Sajida Rishawi, seorang wanita yang ditangkap di Yordania pada 2005 karena dicurigai berusaha untuk mengambil bagian dalam serangan yang menewaskan 57 orang di sebuah hotel di Yordania. (Mvi/Riz)