Sukses

7 Siswa Keroyok Rekannya Karena Sering Bolos Sekolah

Korban mengaku tidak begitu bergairah sekolah karena salah masuk jurusan atau bidang studi.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus penganiayaan kembali terjadi di sekolah. Kali ini, menimpa seorang siswa bernama Feri Kurniawan (17) siswa kelas 3 SMK Analisis Kesehatan Tunas Harapan, Jakarta Timur. Penganiayaan itu lantaran Feri sering bolos sekolah.

Feri menceritakan peristiwa itu terjadi pada 21 Januari 2015. Dia mengaku tidak begitu bergairah sekolah di SMK tersebut. Karena itu, Feri malah mengaku pengeroyokan itu merupakan bentuk teguran karena sering membolos sekolah.

"Saya yang salah karena sering membolos. Mereka mengeroyok sebagai teguran," kata Feri di sekolahnya, Senin (2/2/2015).

Remaja tersebut juga mengaku bukan dia saja yang menjadi korban, tapi juga 3 rekannya, yakni Danu Setiawan, Hari Wijayanto, dan Noval.

Awalnya keempat korban didatangi para pelaku. Mereka kemudian dibawa dan disidang di lantai 2 gedung sekolah. Tak lama kemudian, aksi pemukulan pun terjadi. Masing-masing korban dipukuli satu per satu. Akibat pengeroyokan itu, Feri mengalami cedera pada bagian mata, lebam di seluruh wajah, dan juga benjol di kepala.

Feri tidak memungkiri dirinya sering bolos sekolah sejak kelas 2. Paling tidak 2 atau 3 hari seminggu dia tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Feri beralasan, aksi bolos itu karena dia merasa bosan di sekolah.

Sebagai gantinya, Feri memilih berkunjung ke rumah temannya untuk tidur atau mampir ke bengkel untuk menyalurkan hobi modifikasi motor. "Saya sudah berhasil modifikasi motor GL 100 menjadi motor CB," ungkap dia.

Feri mengaku sejak awal dia salah masuk jurusan. Awalnya dia ingin masuk jurusan kimia. Hanya saja, saat daftar salah masuk ruangan, sehingga kini harus menjalani studi di jurusan kesehatan. "Yah begitu, nggak sengaja masuk di jurusan kesehatan," ujar dia.

Korban juga mengaku tidak mau mengadukan pemukulan yang dialaminya kepada polisi. Tapi, pihak keluarga tetap mendesak untuk melaporkan kasus ini ke polisi. "Saya nggak mau lapor polisi. Tapi salah seorang saudara memaksa saya lapor. Akhirnya orangtua yang menggiring saya lapor polisi" tutur Feri.

Polisi kemudian menindaklanjuti laporan dari orangtua dan keluarga Feri. 7 Siswa yang melakukan pengroyokan, yakni Ag, DP, Ol, MF, MFa, RA, dan Fa juga sudah ditetapkan sebagai tersangka.

Tradisi?>>>

2 dari 2 halaman

Tradisi?


Kepala SMAK Tunas Harapan, Endang Sukirman membenarkan pengeroyokan terhadap Feri oleh beberapa siswa. Tapi peristiwa itu baru diketahui saat sudah dilaporkan polisi.

Endang mengaku, guru-guru sudah mendengar laporan warga tentang adanya pengeroyokan di lantai 2 sekolah. Tapi, saat dilakukan pemeriksaan, mereka sedang duduk di kursi masing-masing.

"Saat guru mengecek mereka sedang duduk di kursi tenang begitu. Rupanya anak-anak bersandiwara dengan kami. Termasuk Feri juga ternyata SMS temannya biar nggak ngaku kalau dikeroyok," kata Endang.

Menurut Endang, hingga 2009 lalu SMAK Tunas Harapan dikelola oleh tenaga kesehatan dari institusi militer. Tradisi militer itu, disebut dia, tumbuh di kalangan siswa dengan mengembangkan gengsi setiap angkatan harus lulus murni.

Endang menambahkan, siswa yang mengeroyok Feri bermaksud berniat baik dengan mendorong siswa yang malas agar rajin belajar, tapi caranya salah.

"Saya terbuka saja kepada siswa pelaku pengeroyokan untuk menerima konsekuensinya. Jika akhirnya ditahan, mereka harus tetap semangat belajar, karena ujian nasional tetap bisa mereka lakukan di balik sel penjara," tandas Endang. (Riz)

Video Terkini