Liputan6.com, Jakarta - Anggota Tim 9 Imam Prasodjo mengungkap, sampai saat ini belum ada indikator yang pasti dan terukur dalam memilih Kapolri. Sehingga saat menjelang pemilihan Kapolri ada saja masalah yang muncul. Yang paling anyar, yakni tertundanya pelantikan Komjen Pol Budi Gunawan sebagai Kapolri.
Imam mengatakan, untuk selanjutnya Polri harus bisa menyusun indikator yang lebih terukur dan objektif dalam memilih putra-putra terbaik Polri untuk memimpin. Sehingga pemilihan berdasar subjektivitas atau perkenalan bisa diminimalisir.
"Saya percaya pada perlunya kriteria yang lebih universal, lebih objektif supaya setiap calon Kapolri yang terpilih itu hasil dari seleksi yang lebih objektif, bukan karena preferensi orang per orang," jelas dia.
Saat ini yang berkembang, kata Imam, seorang calon Kapolri harus pernah menjadi ajudan presiden. Itu baru salah satu yang berkembang, belum lagi banyak hal subjektif yang sangat identik dengan pemilihan kapolri
"Misalnya nih jadi kapolri jalurnya kalau dia pernah jadi ajudan presiden‎. Kalau itu, nanti semua orang rebutan pengen jadi ajudan presiden. Jadi perlu ada kriteria yang lebih masuk akal," jelas dia.
Imam mengungkapkan, kini Polri memang sedang menyiapkan sebuah sistem untuk memilih Kapolri di internal institusi. Hal ini memang perlu karena institusi Polri sangat memegang peranan penting bagi keamanan negara.
"Jadi, sebetulnya Polri kan katanya punya prosedur baku yang secara sistemik dia sedang bangun yaitu proses pemilihan melalui Wanjakti. Jadi proses-proses berdasarkan kriteria yang objektif, yang bukan karena hubungan personal. Itu saya kira yang harus dibangun dalam sebuah lembaga setingkat Polri," kata Imam. (Ado/Mut)
Tim 9: Perlu Kriteria Objektif dan Terukur untuk Pilih Kapolri
Imam mengungkapkan, kini Polri memang sedang menyiapkan sebuah sistem untuk memilih Kapolri di internal institusi.
Advertisement