Sukses


Wakil Ketua MPR Pernah Jadi Buruh di Usia 13 Tahun

"Buruh mencerminkan hati nurani rakyat," ujar Oesman Sapta.

Liputan6.com, Jakarta -

Wakil Pimpinan MPR RI, Oesman Sapta Odang menyatakan kebanggaannya terhadap perjuangan para buruh yang memiliki peranan penting menyuarakan hati nurani rakyat.

"Buruh mencerminkan hati nurani rakyat. Sekarang ini hati nurani rakyat telah hilang. Lebih celaka lagi, nasionalisme juga hilang. Bagaimana kita membangun jika nasionalisme hilang. Tapi saya yakin, para buruh masih meneriakkan hati nurani rakyat," kata Oesman Sapta ketika peluncuran buku karya Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal, Kamis (5/2) kemarin di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat.

Oesman menyebutkan ada 2 alasan menghadiri peluncuran buku karya Said Iqbal, baik dari idealisme dalam memperjuangkan buruh juga karena kisah Oesman di masa remaja.

"Pertama, saya suka dengan orang-orang yang memiliki idealisme dan teguh memperjuangkan idealisme dan cita-cita itu. Said Iqbal termasuk di dalamnya. Kedua, saya juga seorang buruh. Umur 8 – 13 tahun saya sudah menjadi buruh. Saya menjual rokok di depan pelabuhan. Yang beli rokok adalah para buruh. Usia 18 tahun saya menjadi buruh," tambah dia.

Pernah menjadi buruh, Oesman merasakan pahit getirnya sebagai buruh. Karena itu, Oesman bisa memahami perjuangan buruh melalui demo dan aksi turun ke jalan.

"Berdemolah sesuai dengan nurani rakyat. Jangan berdemo karena kepentingan kelompok," pesan Oesman.

Menurut dia, buku karya Said Iqbal ini sangat penting. Bahkan, Oesman mengaku bersikap pro terhadap buruh. "Saudara adalah saya, saya adalah saudara,” kata Oesman yang disambut tepuk tangan dan riuh lebih dari 200 buruh dari berbagai organisasi buruh yang menghadiri acara peluncuran buku itu.

Turut hadir dalam acara peluncuran buku Said Iqbal, Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon dan Ketua DKPP Prof Jilmy Ashiddiqqie.