Liputan6.com, Jakarta - Seorang kernet bus kopaja berlari lebih cepat dari busnya. Ia kemudian meletakkan sesuatu di pos polisi perputaran balik Bundaran Hotel Indonesia (HI) Jakarta Pusat. Padahal di lokasi ada polisi yang tengah berjaga. Kemudian dengan sigap, ia berlari menyeberang dan menaruh sesuatu lagi di pot bunga.
Adegan tersebut terekam video salah seorang warga yang kemudian diunggah ke situs YouTube. Diduga, sesuatu yang diletakkan kernet Kopaja P-19 dalam video berdurasi 2 menit 12 detik tersebut adalah sejumlah uang untuk menyuap petugas.
Video tersebut direkam pada 15 Januari 2015 sekitar pukul 17.00 WIB. Terlihat bagaimana proses setoran kepada polisi dan petugas Dishub agar bus-bus itu bisa memotong jalur trayek tanpa ditangkap petugas. Selanjutnya bus-bus itu dengan leluasa akan ngetem atau berhenti di Stasiun Sudirman, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat yang ramai pada siang dan sore hari.
Advertisement
Setelah video tersebut beredar, suasana pos jaga di Bundaran HI tempat para kernet Kopaja 19 diduga memberi uang pungutan liar (pungli) pada Jumat 6 Februari sepi. Sejumlah Kopaja 19 jurusan Tanah Abang-Blok M yang melintas sudah mematuhi aturan trayek yang telah ditentukan.
Sejumlah kernet Kopaja 19 mengaku pernah membayar pungutan liar (pungli) ke petugas Polisi Lalu Lintas (Polantas) dan Dinas Perhubungan (Dishub) sebesar Rp 10.000.
Hal itu dilakukan agar Kopaja diizinkan memutar balik demi mengejar penumpang yang baru turun dari Stasiun Kereta Sudirman. Namun ada pula yang menyatakan sebaliknya alias tidak mengakui perbuatannya.
"Rp 10.000, jadi sekali putar kasihnya Rp 10.000. Cuma muter doang, kasih sama polisi yang ada di situ saja, sama LLD. Kalau muter di situ ngejar waktu, sewa (penumpang) stasiun Sudirman," ucap salah seorang kernet yang mengaku kerap memberi pungli ke polisi dan Dishub.
"Muter doang, nggak kasih. Nggak tahu sih video yang di Youtube, saya mah kalau ini jarang narik. Saya nggak tahu, asal muter doang," ucap salah seorang kernet lain yang tidak mengaku memberi pungli ke polisi dan Dishub.
Polisi Minta Maaf
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kombes Pol Martinus Sitompul mengaku telah melihat video tersebut. Dia meminta maaf atas kelakuan anak buahnya.
"Pertama-tama saya berterima kasih, ternyata masyarakat kooperatif dan memperhatikan kami. Saya berharap warga yang meng-upload video tersebut di Youtube tidak takut untuk datang ke Polda. Kalau perlu, bertemu secara pribadi dengan saya. Tidak perlu takut. Saya menjamin, akan melindungi warga kalau dia takut mendapat tekanan dari oknum tersebut," ungkap Martinus di Jakarta, Jumat 6 Februari 2015.
Ia pun meminta maaf kepada seluruh masyarakat atas ulah polisi 'nakal'. "Saya mewakili kepolisian meminta maaf kepada seluruh masyarakat dengan adanya hal ini," ucap Martinus. Martinus mengakui telah berkoordinasi ke Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya mengenai hal tersebut. Pihaknya akan menyelidiki oknum aparat diduga pungli.
Dia meminta partisipasi masyarakat untuk memberi saran-saran yang meningkatkan kinerja Kepolisian. Peristiwa ini juga dijadikan pelajaran anggota polisi agar berpikir 2 kali jika berniat melakukan kegiatan tidak beretika.
"Saya sudah mengklarifikasi masalah ini ke bagian Dirlantas dan saya juga mengimbau masyarakat turut mengawasi perilaku aparat. Semoga kelak ini dapat menjadi pelajaran untuk kami (Kepolisian) untuk tidak melakukan hal-hal yang melanggar etika Kepolisian," ujar dia.
Polisi yang tengah berkeliling di Bundaran HI, Jalan Thamrin, AKBP Budiyanto mengatakan, setiap bus yang melintasi kawasan Bundaran HI harus mematuhi peraturan Direktorat Lalu Lintas (Dirlantas) Polda yang melarang kendaraan umum memotong trayek dengan cara putar balik di Bundaran HI, namun peraturan ini diakuinya bersifat situasional.
"Bus dilarang memutar balik di sini (Bundaran HI), tapi kalau jalanan macet ya nggak apa-apa. Tergantung kondisi jalanan saja," ujar Budiyanto
Ahok Ancam Pecat Pecat PNS Dishub DKI
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengakui, praktik pungutan liar atau pungli masih terjadi di jajaran Dinas Perhubungan walaupun ada Tunjangan Kinerja Daerah (TKD).
Salah satu indikasi yang bisa dilihat adalah maraknya angkot yang ngetem (berhenti mencari dan menunggu penumpang). "Jadi dia berani ngetem karena ada pungli. Makanya saya bilang sama Pak Benjamin (Kadishub DKI Jakarta Benjamin Bukit), bagi saya sederhana, kalau tempat itu masih ada ngetem kamu nggak cabut trayeknya nggak mecat orang kamu, berarti ada main. Lama-lama saya pecat semua orang Dishub," tegas Ahok di Balaikota, Jakarta Rabu 4 Februari 2015.
Dia mengatakan, kalau kondisi ini terus berlanjut, dia akan menggunakan pihak lain untuk mengawasi angkot-angkot nakal. Salah satunya, jasa mahasiswa.
"Lama-lama pakai mahasiswa saja kirim gambar, satu gambar Rp 5 ribu, Rp 50 ribu saya bisa tahu pelatnya berapa, gue sanksi saja. Buat apa ada orang di lapangan jadi pembenaran," tandas Ahok.
Ahok juga mengatakan, salah satu yang rawan pungli adalah program parkir meter yang kini tengah diuji coba di Jalan Sabang, Jakarta Pusat.
Warga yang parkir di lokasi ini harus membayar biaya parkir tidak secara tunai. Meski tanpa uang tunai, bukan berarti peluang pelanggaran tertutup sama sekali. Tapi Ahok tetap yakin program ini akan berjalan efektif.
"Efektiflah, kan takut dipecat, 2 kali UMP (upah minimum provinsi) gajinya. Kamu kan nggak tahu saya kirim orang pura-pura atau gimana, coba kamu tes di Jalan Sabang, dikasih tip mau terima nggak?" ujar Ahok di Balaikota, Jakarta Kamis 5 Februari 2015.
Ahok sudah membuat aturan untuk juru parkir. Jika ada yang coba-coba menerima tip, sanksinya dipecat. Menurut Ahok, aksi menerima tip itu masuk aksi premanisme.
"Kalau Anda mau 2 kali UMP saya kasih, kalau Anda mau gaya preman, kita ini preman resmi berseragam, bersenjata dengan izin resmi, kamu pegang pistol preman biasa, kita bisa tangkap, kalau kami pegang pistol resmi," cetus Ahok.
Ahok pernah menyatakan, salah satu penyebab masyarakat kurang berminat menggunakan transportasi umum lantaran kendaraan pribadi masih dianggap sebagai alat transportasi yang paling nyaman. Selain itu masih banyak bus yang ngetem. (Mvi)