Sukses

Temui Ahok, Walikota Malang Ingin Belajar Atasi Kemacetan

Walikota Malang juga ingin belajar mengelola transportasi massal dan parkir meter.

Liputan6.com, Jakarta - Walikota Malang Muchamad Anton menemui Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di Balaikota Jakarta. Anton mengungkapkan, kedatangannya untuk belajar bagaimana meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dari retribusi parkir, pembenahan transportasi publik, dan sistem pelayanan terpadu satu pintu (PTSP).

"Tadi kepingin menimba ilmu dari Pak Ahok, sudah dijadwalkan bertemu," kata Anton usai menemui Ahok di ruang kerjanya di Balaikota DKI, Rabu (11/2/2015).

Anton mengatakan, sebenarnya sudah pernah mencoba menerapkan pajak online di Malang, Jawa Timur, yang dipelajari dari Pemprov DKI yang saat itu dipimpin Joko Widodo.

Sistem pajak online itu, ujar Anton, ternyata berhasil meningkatkan 80 persen penerimaan daerah. Bahkan dalam setahun Pemkot Malang bisa memperoleh Rp 100 miliar dari pajak online tersebut. Karena itu, ketika DKI baru-baru ini menerapkan sistem parkir meter, pihaknya juga ingin mencoba hal itu.

"Kami pertama kali ke Jakarta, kita belajar tentang teknologi pajak waktu zaman Pak Jokowi. Ternyata penerapannya di Malang sangat luar biasa. Sekarang kami ingin tambah PAD dari parkir, yang pakai uang elektronik juga. Bagus sekali, ini salah satu inovasi," kata Anton.

Ia menilai sistem elektronik yang ada di Jakarta, meski memang belum efisien, namun sudah sangat baik. Sehingga Pemkot Malang tertarik untuk ikut menerapkannya. Apalagi, Malang merupakan kota wisata, kota pendidikan, dan jumlah penduduknya banyak.

"Jadi kami ingin kolaborasikan. Malang hampir sama dengan DKI," kata Anton. Dia juga mengungkapkan, Pemkot Malang ingin mempelajari pengelolaan transportasi massal. Sebab, di Malang, saat ini sudah ada bus sekolah gratis dan bus rapid transit semacam Transjakarta. Salah satu hal yang ingin diketahui adalah cara mengurai kemacetan. Menurut Anton, Malang sudah mulai mengalami kemacetan terutama pada akhir pekan.

"Saya berpikirnya begini. Jakarta itu ibarat orang sakit sudah kronis. Nah Malang belum, tapi sudah ada penyakit. Mungkin penyembuhannya bisa cepat. Kalo dibiarkan bisa kronis juga pada 5-10 tahun ke depan. Kita lihat dulu mana kota yang bisa jadi pijakannya Malang," jelas Anton. (Sun/Yus)