Liputan6.com, Solo - Sekitar 4000 kue keranjang disebar pada acara Grebeg Sudiro yang digelar di kawasan Pasar Gede, Solo. Grebeg Sudiro yang identik dengan kirab gunungan kue keranjang itu digelar untuk menyambut kedatangan Tahun Baru Imlek yang jatuh pada 19 Februari mendatang.
Berdasarkan pantauan Liputan6.com, Minggu (15/2/2015), ribuan warga telah berkumpul di sekitar kawasan Pasar Gede sejak siang hari. Padahal, kirab gunungan kue keranjang baru dilepas sekitar pukul 15.00 WIB oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Selain gunungan kue keranjang, terdapat pula gunungan gembukan, kompya, pia, bakpao, janggelud dan kue lainnya. Semua gunungan yang dikirab merupakan kuliner khas Tionghoa yang ada di kawasan kampung pecinan, Sudiroprajan.
Kirab tersebut juga menampilkan arak-arakan barongsai, liong, tokoh dalam film Kera Sakti serta para perempuan etnis keturunan Tionghoa yang mengenakan kostum khas ceongsam. Tak hanya itu, sejumlah kesenian tradisional dari sejumlah kelurahan di Kota Solo juga turut meramaikan acara tahunan itu.
Iring-iringan Kirab Sudiro itu melintasi rute dari Pasar Gede-Jalan Sudirman-Mayor Kusmanto-Kapten Mulyadi-RE Martadinata-Cut Nyak Dien-Ir Junda-Urip Sumarjo dan berakhir di titik pemberangkatan semula di depan Pasar Gede.
Setelah iring-iringan gunungan kue keranjang dan gunungan lainnya tiba di sekitar Pasar Gede, ribuan warga pun mulai berebutan untuk mendapatkan gunungan kue keranjang dan gunungan lainnya. Mereka pun rela berdesakan dan saling dorong untuk mendapatkannya.
Selain memperebutkan gunungan kue keranjang, ribuan orang tersebut juga saling berebut kue keranjang yang disebar panitia dari lantai atas Pasar Gede, dan jembatan penyeberangan depan pasar peninggalan Keraton Surakarta itu. Hanya dalam hitungan menit, ribuan kue keranjang pun ludes disebar untuk diperebutkan warga.
Menurut Walikota Solo F X Hadi Rudyatmo, Grebeg Sudiro pertama kali dilaksanakan pada 2007. Penyelenggaraan grebeg tahun ini merupakan yang ke-8 kalinya dan digelar setiap menyambut datangnya Tahun Baru Imlek.
"Grebeg Sudiro muncul dari gagasan kami untuk membangun kemajemukan yang solid di antara warga yang berbeda etnis, ras, maupun agama. Untuk itu, digelarlah Grebeg Sudiro 8 tahun yang lalu," kata Walikota Solo yang akrab disapa Rudy.
Menurut dia, Grebeg Sudiro merupaka kegiatan kirab yang merupakan hasil akulturasi budaya Jawa dan Tionghoa. Terlebih di kampung Sudiroprajan yang dikenal sebagai kampung pecinan itu telah terjadi akulturasi 2 budaya sejak lama.
"Inti dari Grebeg Sudiro itu untuk mempersatukan lapisan masyarakat yang berbeda-beda," pungkas Rudy. (Rmn)
Serunya Grebeg Sudiro Sambut Imlek di Solo
Grebeg Sudiro pertama kali dilaksanakan pada 2007, untuk menyambut datangnya Tahun Baru Imlek.
Advertisement