Liputan6.com, Bantul - Seorang siswa SMP di Bantul setiap hari menempuh perjalanan 10 kilometer pulang pergi ke sekolahnya dengan kursi roda.
Dalam Pantang Menyerah yang ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Jumat (20/2/2015), Edi Priyanto, nama siswa tersebut, bercita-cita menjadi ahli teknik untuk membantu ibunya yang hanya seorang buruh cuci.
Begitu matahari baru keluar dari peraduannya, siswa SMP 2 Sewon ini telah sibuk mempersiapkan perlengkapan sekolah termasuk kursi rodanya. Meskipun usang, kursi roda inilah yang menjadi penopang kegiatan Edi sehari-hari.
Usai sarapan warga Desa Manggung Jetis, Kabupaten Bantul, Yogyakarta ini mulai beranjak ke sekolahnya di SMP 2 Sewon. Dengan kayuhan tangan di atas kursi rodannya Edi bisa menempuh jarak 5 kilometer ke sekolahnya dalam 1 jam.
Bagi siswa kelas 1 SMP ini jauhnya jarak bukanlah masalah. Ia bahkan lebih was-was pada kondisi kursi rodanya dibandingkan dirinya sendiri. Sering kali ia jatuh di jalan karena ada beberapa baut rodanya mengendor dan lepas. Untuk berjaga-jaga, Edi selalu berbekal kunci tang di saku kursi rodanya.
Semuanya berawal saat 14 tahun lalu. Edi Priyanto terlahir dalam kondisi yang tampak normal. Di usia 2 tahun, ayahnya berpulang. Pada peringatan 40 hari meninggalnya sang ayah, Edi terjatuh hingga tangan dan kaki kanannya patah.
Tindakan operasi pun dilakukan, namun kondisi siswa SMP ini tak kunjung pulih. Rupanya Edi menderita kelainan tulang rapuh. Meski memiliki keterbatasan fisik, tak pernah menyurutkan semangat belajar anak semata wayang ini untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang ahli teknik hingga bisa membantu sang ibu yang hanya bekerja sebagai buruh cuci dan tukang anyam bambu.
"Saya ingin mencari ilmu walaupun jauh," itulah motonya. Bagi Edi keterbatasan fisik dan kondisi lingkungan adalah tantangan yang bisa diatasi. (Mar/Yus)
Siswa SMP Semangat Menuntut Ilmu di Tengah Keterbatasan Fisik
Seorang siswa SMP di Bantul setiap hari menempuh perjalanan 10 kilometer pulang pergi ke sekolahnya dengan kursi roda.
Advertisement