Liputan6.com, Jakarta - Memex, mesin pencari baru yang dikembangkan Pentagon melalui Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA), boleh saja memiliki teknologi pencarian yang lebih canggih dari Google. Namun, mesin pencari ini dikhawatirkan mengganggu privasi.
Selain faktor keamanan, privasi saat ini memang menjadi salah satu isu penting yang diperhatikan. Bagaimana tidak, kita sekarang hidup di era internet yang secara langsung atau tidak telah mengubah kebiasaan kita dalam menangani privasi.
Ini tentu saja merupakan hal yang lumrah karena terkait dengan keamanan data kita di Internet, bagaimana data tersebut dilindungi, data apa yang boleh dilihat hingga siapa yang berhak melihat data tersebut.
Hal yang mengkhawatirkan dari Memex adalah kemampuannya yang dapat menembus "Dark Web". Hasil pencarian di mesin pencari Memex ditampilkan dalam bentuk infografis canggih yang dapat menunjukkan peta/jaringan hubungan antar data/informasi.
Aparat di New York City disinyalir telah berhasil mengungkap kasus human trafficking. Jaksa Distrik Manhattan, Cyrus Vance R. mengatakan, kantornya sekarang menggunakan Memex untuk mengungkap kasus perdagangan manusia serta prostitusi online.
Selanjutnya: Privasi terancam?
Advertisement
Privasi Terancam?
Privasi terancam?
Kemampuan Memex menembus "Dark Web" dan menjaring lebih banyak informasi di internet dikhawatirkan dapat membahayakan privasi pengguna internet dan dapat melacak aliran data. Memex mungkin menjadi alat yang menarik. Namun bak pisau bermata dua, Memex juga dapat dijadikan senjata buruk.
Namun DARPA dengan sigap menegaskan bahwa Memex tidak mengakses informasi yang tidak tersedia untuk publik di internet ataupun mengidentifikasi layanan anonim, server atau alamat IP.
Dosen jaringan Universitas Gunadarma, Akbar Marwan, berpendapat Memex tidak akan mengganggu privasi pengguna internet jika digunakan oleh orang-orang yang tepat dan bertanggungjawab, seperti pemerintah.
"Isu yang mengemuka dalam hal ini adalah siapa yang berhak menggunakan Memex? Jika hanya pemerintah, setidaknya ada keyakinan untuk melindungi masyarakat. Tapi itu selama tidak ada kepentingan-kepentingan lain seperti politik, yang bisa berdampak pada privasi pengguna," jelas Akbar kepada Liputan6.com.
Dari sisi pengguna, hal positif yang bisa dirasakan adalah bisa mendapatkan lebih banyak informasi. Terutama pihak berwajib dalam menyelesaikan berbagai kasus hukum.
Jika pada akhirnya Memex tersedia untuk masyarakat luas, maka diharapkan ada penyaringan informasi, mengingat pengguna internet berasal dari berbagai kalangan. Terutama bagi orang yang baru menggunakan internet.
"Tentunya dari sisi pengguna akan lebih banyak informasi yang didapatkan. Namun jika akhirnya tersedia untuk masyarakat luas, pertanyaannya adalah apakah informasi yang banyak tadi akan disaring untuk orang-orang yang tidak paham soal keamanan internet?," tuturnya.
Saat ini beragam informasi bisa diakses dengan mudah di internet melalui mesin pencari seperti Google. Karena itu, Akbar berharap konten-konten berbahaya dapat disaring, sehingga tidak menyebabkan keresahan di masyarakat.
"Sekarang saja berbagai konten sensitif bisa ditemukan di internet, apalagi kalau mesin pencarinya lebih canggih daripada yang ada saat ini," sambungnya.
Lebih lanjut, Akbar menekankan pengguna internet juga harus memperhatikan keamanan mereka. Dia menyarankan agar pengguna berhati-hati ketika men-share informasi mereka.
"Produk teknologi, baik itu Memex, Google, atau lainnya seperti pisau bermata dua (ada positif dan negatifnya). Kita harus bijak ketika ingin men-share informasi di internet, semuanya tergantung pada diri kita," ungkapnya.
Di tangan yang tepat, Memex mungkin bisa menjadi senjata yang baik untuk memerangi kejahatan. Namun kadang-kadang pemerintah bukan pula dapat dijadikan jaminan sebagai tangan yang tepat.
Advertisement
Sosok di Balik Memex
Sosok di Balik Memex
Pembuatan mesin pencari Memex terinspirasi dari artikel esai berjudul “As We May Think” yang ditulis oleh Vannevar Bush, Direktur US-OSRD (US-Office of Scientific Research & Development) pada 1945. Lalu kemudian Chris White mengembangkan mesin pencari itu.
Sebelum di DARPA, Chris White dulu pernah menjadi bagian dari sebuah tim yang meraih penghargaan untuk layanan tempur dari Menteri Pertahanan, Leon Panetta.
Selain Memex, White saat ini sedang menjalankan dan membuat proyek XDATA, yang merupakan bagian dari program Big Data Initiative milik Presiden Obama. Dia juga mengembangkan Open Catalog, sebuah tool online untuk mengatur dan memfasilitasi akses ke software open source yang didanai pemerintah.
"Internet jauh lebih besar daripada yang orang kira. Google, Microsoft Bing, dan Yahoo hanya memberi kita akses ke sekitar 5% dari konten yang ada di Web. Itu meninggalkan banyak ruang bagi pelaku jahat untuk beroperasi secara bebas," kata White.
Menurut White, Memex jauh melampaui ranah mesin pencarian tradisional dan memberikan para penegak hukum alat baru yang digdaya untuk menembus "Dark Web", tempat para penjahat membeli, menjual, dan mengiklankan perdagangan senjata ilegal dan perdagangan seks.
"Cara termudah untuk memahami tentang Memex adalah: Bagaimana saya bisa membuat hal gaib menjadi terlihat?" kata Dan Kaufman, Director of information innovation office di DARPA.
"Kebanyakan orang di internet yang melakukan hal-hal jinak dan baik," kata Kaufman. "Tapi ada parasit yang hidup di sana," tuturnya lagi. (dew)