Sukses

Sensus CSIS: Hatta Rajasa Masih di Atas Angin Jadi Ketum PAN

Suara pemilih Hatta Rajasa lebih unggul 4% dibanding kompetitornya Zulkifli Hasan di tingkat kabupaten atau kota.

Liputan6.com, Jakarta - Jelang kongres pemilihan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) yang akan diadakan di Bali pada 28 Februari hingga 2 Maret 2015 mendatang, Centre Strategic International Studies (CSIS) mengumumkan hasil survei yang menggambarkan peta dukungan elit-elit partai PAN di wilayah kabupaten dan provinsi.

Peneliti dari Departemen Politik CSIS Arya Fernandez memaparkan, dari 2 calon kandidat kuat yang akan maju memperebutkan kursi kepemimpinan, suara pemilih Hatta Rajasa lebih unggul 4% dibanding kompetitornya Zulkifli Hasan di tingkat kabupaten/kota.

"Di tingkat Kabupaten, Hatta Rajasa memeroleh suara 42,76%, masih diatas angin dibanding Zulkifli Hasan yang hanya 38,64%," ujar Arya di kantor CSIS Jakarta, Kamis (26/2/2015).

Namun, Arya mengatakan hasil sensus di tingkat provinsi menunjukkan dukungan dari masing-masing ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN terhadap kedua kandidat masih seimbang di angka 38,24%.

"Namun di tingkat provinsi, dukungan pada Hatta Rajasa dan Zulkifli Hasan sama," ujar Arya.

Sementara itu, Kepala Departemen Politik dan Hubungan Internasional CSIS Philip J Vermonte menjelaskan metode penelitian yang mereka lakukan adalah dengan bertatap muka atau wawancara langsung kepada 484 Dewan Pimpinan Cabang (DPC) tingkat kabupaten/kota dan 28 DPW tingkat provinsi hingga ia mengklaim hasil survei ini 90% akurat.

"Kami berhasil mewawancarai elit partai di tingkat Provinsi dan Kabupaten. Dari 32 provinsi, 28 berhasil kami wawancarai dan dari 500 kota, 484 juga berhasil kami wawancarai," jelas Philips.

Menurut Philips hal yang menarik untuk disoroti di tubuh PAN adalah amanat Dewan Penasehat PAN Amien Rais yang menginginkan regenerasi pemimpin partai. Sementara saat ini Hatta Rajasa berupaya kembali menjadi orang nomor 1 di partai berlambang matahari putih tersebut.

"Menurut kami (CSIS), partai tak cuma soal siapa yang memimpin, tapi bagaimana kontribusinya dalam hal reformasi. Satu hal yang ironi di era reformasi, partai politiknya sendiri belum melakukan reformasi secara internal. Partai dikuasai hanya satu orang dari periode ke priode. Menarik, Amien Rais yang meminta pemimpin hanya memimpin untuk satu periode bukan 2 periode," papar Philips. (Han/Mut)

Video Terkini