Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Marciano Norman mengaku telah melakukan koordinasi dengan pihak intelejen dan Kepolisan di Australia dalam mengungkap ‎aksi teror yang dilancarkan di KJRI Sydney, Australia. Teror itu berupa cairan berwarna merah yang menyerupai darah.
"Itu memang terjadi pada tanggal 2 Maret lalu. Kita sudah berkoordinasi dengan kepolisian Australia dan badan intelejen Australia," ujar Marciano di Istana Kepresidenan, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (4/3/2015).
Marciano mengatakan, pihak Australia akan bertanggungjawab dan meningkatkan pengamanan di KJRI pasca-terjadinya teror tersebut. Ia pun memastikan kalau teror tersebut merupakan bagian dari ungkapan protes terhadap tindakan pemerintah Indonesia yang tetap konsisten mengeksekusi mati dua warga Australia Myuran Sukumaran dan Andrew Chan dalam waktu dekat ini.
"Mereka bertanggungjawab untuk mengamankan KJRI yang dilempar oleh orang tak dikenal dan itu pasti ungkapan ketidakpuasan pada eksekusi," kata dia.
Lalu, sejauh mana koordinasi pemerintah dengan pihak keamanan Australia? Ia mengaku sampai saat ini pihak Australia masih berusaha mengungkapkan pelaku teror tersebut. ‎
"(Pelaku) Belum didapat sampai sekarang. Saya rasa kita minta atensi dari kepolisian setempat untuk menjaga," ujar Marciano.
Gedung KJRI Sydney hari ini dilaporkan menerima ancaman dari pihak yang tak dikenal. Aksi teror tersebut berupa peletakan sejumlah balon berisi cairan. Salah satu balon itu dipecah dan mencecerkan cairan merah menyerupai darah.
Belum bisa dipastikan apa motif di balik aksi teror di KJRI Sydney ini. Namun, peristiwa ini dilakukan menjelang dieksekusinya dua warga negara Australia yang terlibat gembong narkotika Bali Nine di Tanah Air. (Mut)
BIN: Polisi Australia Amankan KJRI Sydney Jelang Eksekusi Mati
Polisi Australia akan meningkatkan pengamanan di KJRI Sydney pasca-terjadinya teror terkait eksekusi mati duo Bali Nine.
Advertisement