Liputan6.com, Jakarta Ketua Mahkamah Partai Golkar (MPG) Muladi membeberkan 'misteri' di balik pembacaan amar putusan sengketa dualisme kepengurusan DPP Partai Golkar antara kubu Aburizal Bakrie atau Ical dan Agung Laksono.
Muladi mengatakan, sesungguhnya empat hakim MPG sepakat membuat putusan sela demi menjaga keutuhan Golkar. Isi putusan sela MPG adalah MPG akan menjadi fasilitator dan supervisor proses islah lanjutan. Akan tetapi niat Muladi cs memfasilitasi islah kubu Ical dan kubu Agung buyar setelah mengetahui kabar mengejutkan.
"Tanggal 2 malam, MPG mendengar kabar mengejutkan kalau Pak Yusril mengajukan kasasi atas putusan sela PN Jakbar. Akhirnya paginya putusan sela kita ubah semua sudah langsung putusan akhir saja. Sudah tarung argumen saja kita MPG putusannya kaya apa," kata Muladi di kediamannya, Jalan Krinci VIII, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (4/3/2015).
Advertisement
Yusril Ihza Mahendra adalah kuasa hukum DPP Partai Golkar kubu Ical. Muladi berujar, MPG merasa kecewa kubu Ical menafikan proses hukum internal di partai berlambang pohon beringin itu.
Dia menjelaskan, para hakim MPG seketika berubah dan menganggap kubu Ical memang tidak beritikad menyelesaikan konflik di internal melainkan langsung ke pengadilan. Tersinggung atas sikap kubu Ical yang melecehkan MPG, para hakim pun berdebat ihwal amar putusan.
"Dalam tanda petik terjadi perkelahian kita di Mahkamah Partai. Anggota-anggota majelis mulai kelihatan sikapnya, warnanya. Dulu bilang netral tapi langsung kelihatan. Saya otomatis di Bali, Natabaya independen, Pak Djasri dan Pak Matalatta di Ancol," ujar dia.
Muladi juga menilai jika kader-kader Golkar terlalu ego dan merasa pintar, baik kader-kader senior maupun kader-kader muda. Sehingga para kader sangat sulit untuk keluar dari konflik internal tanpa menimbulkan perpecahan.
"Jadi kalau dilihat kausa terjadinya kisruh besar di Partai Golkar itu satu, ini partai tua dan sangat besar. Lalu munculnya generasi baru PG, banyak yang cerdas-cerdas dan yang mengaku cerdas. Dan di kepengurusan Riau ada suasana yang over-organized, sangat gemuk, sehingga ada banyak center of power dan menyebabkan PG tidak kompak," ujar Muladi.
Menurut dia, dengan terciptanya sejumlah pusat kekuatan di kepengurusan DPP hasil Munas Riau, suasana kebatinan seperti kubu-kubuan di antara para kader meninggi. Terlebih, ia mengatakan, kader Golkar dibumbui dengan situasi politik nasional usai kalah dalam Pileg dan Pilpres. Di mana, sejumlah tokoh Golkar pesaing Ical bertekad merebut kekuasaan dalam Munas IX.
"Setelah kalah Pileg Pilpres, lalu muncul KMP KIH, tidak siapnya kader-kader PG berada di luar pemerintahan, lalu jarak antara waktu suksesi kepemimpinan nasional dengan Munas itu kan sangat sempit, ya sudah, di Munas pasti pecah hebat itu," tandas Muladi. (Mhs/Sun)