Sukses

SMA 8 Jakarta: yang Kami Butuhkan Rehab Gedung Bukan Lainnya

Sesuai APBD DKI versi DPRD, SMA 8 menerima beragam fasilitas di antaranya untuk pengadaan alat printer dan scanner 3D senilai Rp 3 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Suasana belajar mengajar di SMA Negeri 8 Bukit Duri Jakarta Selatan terlihat lengang di siang hari. Kelas-kelas kosong, beberapa siswanya terlihat sedang berkegiatan di luar kelas. Bermain bola basket di lapangan, mengobrol di koridor, dan beberapa berjalan ke luar gerbang sekolah.

"Hari ini ujian, jadi (siswa) pulang lebih cepat," kata Wakil Kepala Sekolah (Wakesek) Bidang Sarana SMA 8, Teguh Priyatno kepada Liputan6.com, Rabu (4/3/2015).

Menuju ruangannya, ada tangga di sisi pojok mengarah ke lantai dua. Sepanjang berjalan di koridor sekolah, baik lantai dasar maupun lantai dua, terlihat kondisi tembok bercat biru yang sudah pucat. Memudar dan terkelupas. Beberapa bagian atap sekolah nampak berwarna hitam berlumut, bekas rembesan air bocor.

"Kita sudah ajukan rehab ke Dinas Pendidikan untuk beberapa tempat. Seperti misalnya CCTV yang rusak. Kan Pak Ahok bilang mau pasang CCTV di setiap kelas. Lalu ubin di lantai 1, keadaannya rusak ditambah terendam banjir. Kan SMA 8 langganan banjir. Lalu seperti atap sekolah, sudah bocor," jelas pria berseragam safari tersebut.

Sesuai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) versi DPRD DKI Jakarta, Smadel (nama populer SMA N 8) adalah salah satu penerima kucuran dana miliaran dari Pemerintah Daerah (Pemda).

Beberapa nominal pengadaan fasilitas yang tertera jelas di APBD untuk Smadel ialah Rp 2.95 miliar untuk pengadaan Literature Smart Teaching, Rp 3 miliar untuk pengadaan alat printer dan scanner 3D, Rp 3 miliar pengadaan alat Digital Education Classroom, Rp 4.5 miliar untuk pengadaan alat musik dan studio, alat kebugaran (fitness) serta pengadaan Collaborative Classroom.

"Saya nggak tahu Literature Smart Teaching itu apa, Collaboration Classroom bagaimana, bentuknya saja nggak tahu. Mungkin belum disosialisasikan. Yang benar-benar dibutuhkan ya rehab degung. Kan terakhir (SMA 8) direhab tahun 2002," ujar Teguh.

Namun, ia mengakui Dinas Pendidikan memfasilitasi Digital Education Classroom 2014 lalu. "Kalau Digital Educational Classroom kita dapat. Sudah ada. Gitar kita sudah dapat 12 unit merek Marvel. Scanner kita sudah dapat 1 merek Panasonic tapi kayanya itu bukan 3D. Itu dari APBD 2014. Mungkin yang 2015 nggak beda jauh," sambung dia.
 
Kemudian Teguh berjalan keluar ruangannya dan menunjukkan Digital Educational Classroom yang ia maksud. Ruang serupa laboratorium komputer seluas 8x8 meter dengan 40 unit layar berukuran 12 inch dan papan tulis putih menggantung di muka ruang. Meski baru dibangun, namun langit-langit atapnya menunjukkan pernah ada kebocoran di situ.

"Ruangan ini dipakai semua guru yang membutuhkan internet saat mengajar, seperti browsing," ucap dia

Teguh mengaku pihaknya pernah kedatangan alat fitnes. Namun perangkat kesehatan itu ditolaknya lantaran tidak memungkinkan jika ada di SMA 8.

"Dulu pernah datang dari alat fitness, tapi kami tolak, karena kalau ditaruh di lantai 1 rawan. Banjir di sini bisa sampai 3 meter. Kalau di lantai 2 juga rawan, ubinnya nggak kuat," tandas dia. (Ali)