Liputan6.com, Bogor - Salah satu korban kecelakaan maut yang terjadi di Jalan Raya Puncak, Rabu malam 11 Maret, yaitu Sopir mobil pick up bernomor polisi F 8867 WO masih kritis dan belum sadarkan diri. Sang sopir yang bernama Ujang Uam Saefullah (43) itu, sempat dilarang istrinya Tita (35) pergi ke luar rumah.
Tita mengaku, dirinya sudah memiliki firasat buruk sebelum tabrakan beruntun yang menewaskan 2 orang tersebut. Tidak seperti biasanya, anaknya yang masih berusia 2 tahun menangis saat suaminya berangkat kerja.
"Waktu sebelum suami saya berangkat saya sempat bilang 'Pak, sudah di rumah saja jangan berangkat'. Begitu kata saya," ujar Tita di RSUD Ciawi, Bogor, Kamis (12/3/2015).
Namun, lanjut dia, karena tidak ada sopir pengganti, akhirnya perempuan berumur 35 tahun itu pun merelakan suaminya berangkat kerja. Rencananya Ujang akan menuju Kota Bogor untuk membeli tanaman hias.
"Setelah suami saya pergi, hati saya itu gelisah ditambah Rifki terus menangis," ungkap dia sambil menitikan air mata.
Menurut Tita, setelah beberapa jam suaminya pergi, sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, Tita mendapat kabar suaminya mengalami kecelakaan.
"Saya mau pingsa pas dapat kabar suami saya kecelakaan. Awalnya, saya kaget soalnya ada telepon dari nomor suami saya, tapi pas saya jawab itu yang ngomong ngakunya polisi. Tidak pikir panjang, saya langsung ke RSUD Ciawi," ungkap dia.
Kecelakaan beruntun tersebut merenggut 2 korban jiwa. Sedangkan sopir truk yang menyebabkan kecelakaan beruntun tersebut hingga kini masih buron. (Rmn)
Korban Kritis Tabrakan 'Maut' di Puncak Sempat Dilarang Pergi
Menurut Tita, setelah beberapa jam suaminya pergi, sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, Tita mendapat kabar suaminya mengalami kecelakaan.
Advertisement