Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah RI mendeteksi adanya pergerakan WNI dari Turki menuju perbatasan Suriah. Mereka diduga akan bergabung ke dalam wilayah kekuasaan kelompok militan Islamic Internasional of Iraq and Syria ‎(ISIS).
‎
Disinyalir, ada ratusan WNI yang telah bergabung dengan kelompok teroris itu. Bahkan mereka dikabarkan telah membentuk jaringan khusus bagi anggota ISIS berbahasa Melayu.
Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM (Menko Polhukam) Tedjo Edhy Purdjiatno pun tak menampik kabar itu. Bahkan ia mengaku sudah mendengar adanya pergerakan kelompok ISIS Melayu di Suriah maupun Irak.
"Bisa saja. Itu katanya terjadi demikian (ISIS cabang Melayu). Nanti akan kami lihat apakah benar seperti itu," ujar Tedjo di Istana Kepresidenan, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat (13/3/2015).
Menurut dia, pembentukan ISIS Melayu sangat mungkin terjadi di wilayah yang menjadi kekuasaan ISIS. Sebab saat ini, data intelijen menyebut ada 514 WNI di wilayah kekuasaan ISIS, baik di Suriah maupun Irak.
"Tapi ini nggak cuma dari Indonesia. Banyak, ada dari China, Kanada, Inggris, dan lain-lain," ujar Tedjo.
Ancaman adanya pembentukan ISIS Melayu sebelumnya pernah dilontarkan pemimpin pasukan Amerika Serikat (AS) di Pasifik, Laksamana Samuel Locklear.
Dia mengungkapkan, banyak pengikut ISIS di Suriah dan Irak berasal dari negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Bahkan sejak 2014, mereka sudah membahas mengenai pembentukan unit pasukan ISIS berbahasa melayu di Suriah.
Menurut Samuel, sekitar 1.000 orang direkrut dari India hingga Pasifik, telah bergabung dengan ISIS di Irak atau Suriah. "Jumlah itu bisa lebih banyak," tukas Locklear. (Ali/Sun)
ISIS Bentuk Cabang Melayu, Ini Reaksi Menteri Tedjo
Data intelijen menyebut ada 514 WNI di wilayah kekuasaan ISIS, baik di Suriah maupun Irak.
Advertisement