Liputan6.com, Jakarta - Politisi senior Partai Gerindra, Haryanto Taslam mengembuskan napas terakhir pada malam ini. Ia tutup usia pada umur 61 tahun. Sang anak, Ragil Parikesit mengakui almarhum mengidap penyakit agak langka. Di mana otot-ototnya ditutupi oleh seluruh imun sehingga susah bergerak.
"Almarhum memang punya penyakit agak langka, yaitu Myasthenia gravis, kita juga baru mengetahuinya sekitar 2 bulan lalu di mana sistem imun (kekebalan tubuh) memblokade seluruh otot. Bahkan yang terakhir menyerang otot tenggorokannya yang membuat susah menelan," ujar Ragil di Rumah Sakit Medistra, Pancoran, Jakarta Selatan, Sabtu (14/3/2015).
Ragil menjelaskan almarhum juga hanya bergantung satu obat. Di mana efek sampingnya adalah membuat diare. "Kita pilih, mau bapak tidak minum obat atau harus minum obat. Karena itu kita coba dengan mengurangi dosisnya."
Myasthenia gravis (MG) adalah penyakit autoimun kronis dari transmisi neuromuskular yang menghasilkan kelemahan otot. Istilah Myasthenia adalah bahasa Latin untuk kelemahan otot, dan Gravis untuk berat atau serius.
Myasthenia gravis termasuk salah satu jenis penyakit autoimun. Menurut kamus kedokteran, penyakit autoimun itu sendiri adalah suatu jenis penyakit di mana antibodi menyerang jaringan-jaringannya sendiri.
Myasthenia gravis dapat menyerang otot apa saja, tapi yang paling umum terserang adalah otot yang mengontrol gerakan mata, kelopak mata, mengunyah, menelan, batuk dan ekspresi wajah. Bahu, pinggul, leher, otot yang mengontrol gerakan badan serta otot yang membantu pernapasan juga dapat terserang.
Haryanto Taslam sempat dikabarkan masuk ke rumah sakit sejak Jumat sore 13 Maret. Dia dirawat di Rumah Sakit Medistra, Pancoran, Jakarta Selatan. Sebelum masuk ke rumah sakit, dia sempat tidak sadarkan diri lantaran tersedak makanan cair.
Haryanto Taslam meninggal pada umur 61 tahun. Almarhum rencananya akan dikebumikan di pemakaman Menteng Pulo, Casablanca, Jakarta pada Minggu besok, 15 Maret sekitar pukul 10.00 WIB.
Baca Juga
Haryanto Taslam merupakan loyalis PDI pro-Megawati Soekarnoputri pada 1998. Ketika itu, PDI pro-Megawati (kini bernama PDIP) dianggap musuh oleh pemerintah Orde Baru.
Advertisement
Sosok yang akrab disapa Taslam atau Hartas itu, pernah diculik saat menuju rumah Megawati di kawasan Kebagusan, Jakarta Selatan. Almarhum juga sempat dijebloskan ke sel tahanan. Meski tak pernah disiksa, Hartas yang pernah menjadi Wakil Sekjen DPP PDI versi Munas 1993 yang memilih Megawati sebagai ketua umum, mengalami tekanan psikologis dari si penculik.
Pada era reformasi, Haryanto Taslam tetap bergabung dengan PDIP. Namun pada tahun 2009, Hartas pindah ke Partai Gerindra. Selanjutnya sejak tahun 2012, ia menjadi Dewan Pembina di partai besutan Prabowo Subianto tersebut. (Ans/Rmn)