Liputan6.com, Jakarta - Dunia politik Indonesia kembali berduka. Politisi yang dikenal mendukung Megawati Soekarnoputri pada awal pembentukan PDIP, Haryanto Taslam meninggal dunia pada Sabtu malam sekitar pukul 22.22 WIB di Rumah Sakit Medistra, Pancoran, Jakarta Selatan.
Haryanto Taslam yang akrab disapa Hartas itu meninggal dunia pada usia 61 tahun. Almarhum mengidap penyakit agak langka bernama Myasthenia gravis yang sudah lama dideritanya.
Mengenang riwayat dan perjuangan selama hidupnya, lulusan Universitas Jayabaya Jakarta tersebut pernah menjadi korban penculikan aktivis pada tahun 1997/1998. Taslam juga sibuk sebagai aktivis di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia.
Taslam bersama koleganya di Partai Gerindra Desmond Junaidi Mahesa dan beberapa aktivis lainnya pernah mendekam di penjara menjadi tahanan politik, yang akhirnya dilepaskan oleh pemerintah pada 17 April 1998 di sebuah jalan dekat Bandara Husein Sastranegara, Bandung.
Politisi kelahiran Surabaya pada 3 Juni 1954 itu juga merupakan loyalis PDI pro-Megawati Soekarnoputri era 1998. Taslam pernah menjadi Wakil Sekertaris Jenderal (Wasekjen) DPP PDI hasil Munas 1993.
Ketika itu, PDI pro-Megawati (PDIP) dianggap musuh oleh pemerintah rezim Orde Baru. Taslam juga pernah diculik saat menuju rumah Megawati di Kebagusan, Jakarta Selatan. Dia akhirnya dijebloskan ke penjara. Meski tak pernah disiksa, dia mengalami tekanan psikologis.
Selama era reformasi, Haryanto Taslam bergabung dengan PDI Perjuangan dan pada 2009 dia memilih hijrah ke Partai Gerindra. Dia sempat menjadi caleg partai yang diketuai Prabowo Subianto itu.
Sebelum tutup usia, Taslam pernah menjabat sebagai Direktur Media Center Partai Gerindra, yang kemudian menjadi anggota Dewan Pembina Partai Gerindra sejak 2012 silam. (Rmn)
Riwayat Haryanto Taslam, Reformis Hingga Pendiri PDIP
Taslam bersama koleganya di Gerindra Desmond Junaidi Mahesa dan beberapa aktivis lainnya pernah mendekam di penjara menjadi tahanan politik.
Advertisement