Liputan6.com, Jakarta Hilangnya 16 warga negara Indonesia (WNI) dan ditahannya 16 WNI lain di Turki menimbulkan keresahan. Diduga 2 kelompok WNI di Turki itu berencana bergabung dengan ISIS.
Pengamat terorisme Universitas Indonesia Nasir Abbas menilai, pemerintah Indonesia tidak menganggap remeh ISIS. Sebab ISIS saat ini sudah berhasil mengajak WNI untuk bergabung dan berjihad bersama.
"Tak hanya individu, tapi sudah mengajak keluarga‎ dan kerabatnya untuk jihad. Iming-imingnya masuk surga," kata Nasir dalam diskusi 'Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Bincang Damai' di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (19/3/2015).
Jika ISIS dibiarkan‎ dengan membujuk individu-individu WNI yang sudah bergabung untuk merekrut sanak keluarganya, lanjut dia, maka nantinya bukan tak mungkin banyak muslimin di Indonesia menganggap ISIS berhasil.
Hal itu yang menurut Nasir perlu diantisipasi pemerintah Indonesia. Mengingat, modus pemberangkatan WNI itu dilakukan dengan banyak cara. Bisa lewat perjalanan wisata atau umrah lalu mampir ke Turki.
Karenanya, Nasir memperingatkan bahaya ISIS dalam beberapa tahun ke depan bagi Indonesia. Sebab sangat terbuka lebar potensi WNI-WNI yang sudah bergabung dengan ISIS itu akan kembali ke Indonesia untuk menjadikan Indonesia sebagai negara Islam.
"10 Tahun lagi, mereka yang sudah berhasil si Irak atau Syam pasti kangen sama kampungnya, Indonesia. Akhirnya mereka bergerak dan menjadikan negara Islam. Ini sangat mungkin terjadi," ujar Nasir.
Potensi itu yang menurut dia perlu dilihat seluruh elemen terkait di pemerintahan Indonesia. Apalagi sejak pertama kali Indonesia merdeka, sudah banyak kelompok-kelompok yang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara Islam.
Bahayanya ISIS bagi Indonesia
Hilangnya 16 WNI dan ditahannya 16 WNI lain di Turki menimbulkan keresahan. Diduga mereka berencana bergabung dengan ISIS.
Advertisement