Liputan6.com, Jakarta - Tertangkapnya 16 warga negara Indonesia (WNI) di Turki dan hilangnya 16 WNI lainnya setelah memisahkan diri dari rombongan jemaah umrah mendapat perhatian serius pemerintah Indonesia.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Kamis (19/3/2015), Presiden Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi itu memastikan pemerintah terus memantau sejauh mana pergerakan termasuk upaya perekrutan ISIS di dalam negeri.
Baca Juga
Presiden Jokowi dan jajaran terkait membahas sejumlah langkah yang akan diambil terkait rekrutmen organisasi radikal ISIS, termasuk nasib 16 WNI yang kini ditahan pemerintah Turki.
Advertisement
"Iyalah, ini semuanya masih dalam proses kita, masih dalam proses-proses untuk nanti mencari sistem, mencari cara, mencari pendekatan-pendekatan, sehingga Saya kira ini bukan hanya masalah Indonesia tapi sudah menjadi masalah semua negara," ucap Presiden Jokowi.
Bagi pengamat terorisme, ancaman terbesar bukan karena banyaknya masyarakat yang ingin bergabung dengan ISIS dan iming-iming kehidupan yang lebih baik jika tinggal di negara Islam, namun justru saat mereka kembali ke Tanah Air.
"10 Tahun nanti yang akan datang itu menjadi ancaman kita ya, gimana anak-anak itu ingat kampung, ya kangen sama kampungnya. Merasa punya tanggung jawab dan kewajiban untuk memerdekakan kampungnya, merasa punya panggilan bagaimana menyelamatkan tanda kutip menyelamatkan, ya bangsanya sendiri supaya Indonesia menjadi sebuah negara sama seperti di Syria. Itu yang menjadi ancaman kita," ucap pengamat terorisme Nasir Abbas.
Paham radikal yang ditanamkan gerakan ISIS tentu meresahkan masyarakat. Untuk itu, perlu diwaspadai beragam cara yang digunakan untuk melakukan perekrutan. Perekrutan dilakukan melalui media sosial seperti Twitter, Facebook, situs Youtube, dan situs-situs Islam radikal dengan melalui iming-iming kemapanan ekonomi di bawah Khilafah Islamiyah.
Selanjutnya menawarkan motif jihad dengan janji masuk surga bila berperang bersama ISIS. Dan yang terakhir, bisa jadi rekrutmen itu dilakukan salah satu anggota keluarga yang tidak kita sadari.
Dan agar terhindar dari paham radikal ISIS ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah guna mengawasi dan mencegah propaganda ideologi radikal, pemerintah harus menertibkan situs-situs internet dari paham radikal dan meningkatkan pengawasan anak dari bahaya paham radikal. (Vra/Ans)