Sukses

Pakar Tata Kota: Reklamasi Akan Buat Jakarta Lebih Baik

Reklamasi sebenarnya sangat dibutuhkan untuk mengakomodasi perkembangan Jakarta pada masa depan.

Liputan6.com, Jakarta - Reklamasi di pantai Utara Jakarta banyak mendapatkan tentangan dari berbagai pihak. Salah satunya DPR yang sempat mendesak Pemprov DKI membatalkan proyek tersebut.

Namun, menurut pakar tata kota dari institut Teknologi Bandung (ITB) Hesti D Nawangsidi, reklamasi sebenarnya sangat dibutuhkan untuk mengakomodasi perkembangan Jakarta pada masa depan.

"Pendapat tentang reklamasi yang ramai di media menunjukkan perhatian publik cukup besar. Karenanya pandangan komprehensif tentang reklamasi perlu dikomunikasikan dengan baik. Selain dampak negatif yang perlu dikendalikan, kita harus lebih memahami manfaat reklamasi yang memang dibutuhkan Jakarta," kata Hesti di Jakarta, Minggu (29/3/2015).

Ia mengatakan, luas daratan di kota Jakarta hanya sekitar 65 ribu hektare dengan bagian selatan Jakarta merupakan daerah resapan air. Sehingga, Ibukota sudah semestinya menyiapkan lahan baru untuk menampung perkembangan warga. Wilayah itu paling mungkin berada di daerah Jakarta Utara.

"Karena kondisi lingkungan di daerah utara Jakarta, relatif tidak memenuhi syarat. Dengan kata lain, kualitas lingkungan daerah Jakarta utara membutuhkan revitalisasi. Jadi, reklamasi sekaligus juga sebagai jawaban kebutuhan untuk revitalisasi daratan pantai lama di DKI Jakarta," tutur Hesti.

Menurut Hesti, Indonesia perlu belajar dari Singapura, Dubai, maupun Belanda dalam hal keberhasilan reklamasi ini. Sebab, jika dilihat dari segi teknis, kemampuan negara itu tidak diragukan lagi.

"Jika kita berkunjung ke Singapura dan juga Hong Kong, tanpa kita sadari kita akan menikmati hasil reklamasi yang telah dimanfaatkan sebagai lokasi wisata atau fasilitas publik lainnya," ujar dia.

Namun begitu, sambung Hesti, Jakarta tak boleh berkecil hati. Kota metropolis ini dapat segera menyusul kota-kota lain mancanegara yang berhasil melakukan reklamasi. Namun untuk mewujudkannya perlu komunikasi intensif.

"Di Indonesia, kita membutuhkan komunikasi dialektik yang intensif untuk mewujudkan upaya reklamasi. Kita perlu membangun pemahaman yang lebih mendalam mengenai reklamasi, sehingga dapat dicapai persepsi dan opini yang obyektif," jelas Hesti.

Ia memahami bahwa reklamasi tak hanya soal keteknikan. Tapi juga terkait ekologi, sosial dan ekonomi. Misalnya, hal-hal yang bisa mempengaruhi kehidupan nelayan dan masalah lingkungan atau terumbu karang. Untuk itu, kekhawatiran yang berlebihan terhadap dampak reklamasi, perlu ditangani dengan penjelasan dengan kelengkapan solusi mengatasi berbagai dampak negatif tersebut.

"Saya yakin reklamasi akan membuat Jakarta lebih baik. Jika upaya reklamasi tidak menghasilkan kondisi yang lebih, ya untuk apa dilakukan,” kata Hesti.

Alasan yang pasti, tambah Hesti, Jakarta membutuhkan lahan yang luas untuk menampung perkembangan. DKI akan tumbuh menjadi 12,5 juta jiwa pada 2030.

"Ada atau tidak ada reklamasi, penduduk di Jakarta akan terus bertambah. Hal ini harus memiliki solusi. Perkembangan Jakarta diharapkan berorientasi ke utara karena daerah selatan merupakan daerah resapan," ucap Hesti. (Ali)