Sukses

BBM Naik, Pemprov DKI Akan Buat Sistem Tarif Angkutan Baru

Nantinya tarif angkutan umum akan disesuaikan dengan jarak per kilometer.

Liputan6.com, Jakarta - Suasana di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, ramai dipadati penumpang dan bus angkutan kota. Berbagai jenis angkutan umum seperti Metro Mini, angkot, dan Bus Transjakarta datang dan pergi.

Pemandangan ini memperlihatkan, naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar Rp 500 per liter mulai 28 Maret lalu, tak berpengaruh apa-apa pada kesibukan di Terminal Kampung Melayu. Benarkah?

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Senin (30/3/2015), naik turunnya harga BBM memang menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian masyarakat. Terlebih bila harga kebutuhan lain ikut-ikutan naik. Bagaimana dengan tarif angkutan di Ibukota?

"Masih standar aja (tarif angkot), jauh dekat Rp 4.000. Ada juga yang naikin sepihak, seperti angkutan-angkutan kecil. Biasanya Rp 3.000 atau Rp 4.000 jadi Rp 5.000 gitu," ujar Hendy, penumpang bus kota.

Lain lagi harapan para awak angkutan umum. Mereka berharap penumpang membayar sesuai harga BBM.

"Penumpangnya kadang-kadang ada yang bayarnya benar, ada yang nggak.  Sebenarnya Senen - Melayu itu Rp 5.000," keluh Karta, sopir angkot.

Menyiasati naik-turunnya harga BBM, Pemprov DKI Jakarta akan membuat sistem tarif angkutan baru. Nantinya tarif angkutan umum akan disesuaikan dengan jarak per kilometer. Sedang untuk Bus Transjakarta, Pemprov DKI memberi subsidi Rp 1,36 triliun.

Masyarakat, terutama kalangan kurang mampu, kini berharap pemerintah memikirkan dampak kenaikan harga BBM, tak terkecuali pada tarif angkutan umum. (Dan/Sun)