Liputan6.com, Jakarta - Tak ada yang menyangsikan kemajuan perekonomian Singapura di bawah kepemimpinan Lee Kuan Yew. Negara berlambangkan Merlion ini menjadi negara pertama di Asia yang dituju oleh para investor dunia sebelum masuk ke negara lain. Hampir seluruh lembaga keuangan dunia mempunyai kantor perwakilan di Singapura.
Padahal, jika menilik ke belakang, Singapura sebenarnya bukan negara yang harus diperhitungkan. Setelah secara resmi berpisah dengan Federasi Malaysia pada 1965, Singapura tak memiliki apa-apa. Luas wilayah hanya kurang lebih 700 kilometer persegi. Tak memiliki sumber daya alam apapun.
Saat itu, tingkat pengangguran cukup tinggi. Negara tersebut juga rentan sengketa antara suku bangsa -- China, India dan Melayu -- serta antara kelompok konservatif dan komunis. Mereka sibuk memperebutkan kekuasaan politik di tanah tersebut.
Namun kondisi 50 tahun lalu berbeda dengan saat ini. Kini, Singapura menjadi salah satu negara metropolis di Asia. Menjadi pusat perdagangan penting.
Pada 1990, pendapatan per kapita Singapura mencapai 2.667 dolar Singapura, meningkat dua kali lipat di atas rata-rata negara di kawasan Asia Timur.
Di wilayah tersebut, pendapatan per kapita Singapura hanya tertinggal di belakang Jepang.
Hal tersebut hanya mungkin terjadi di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Wawasan Lee yang luas digunakan untuk mengenali Singapura dan berbagai potensinya.
Mengutip Channel News Asia, Senin 30 Maret 2014, Lee menanamkan ideologi kesejahteraan saat memimpin. Ia melihat jika warga negara terpenuhi kebutuhan pokoknya, maka mereka akan fokus bekerja.
"Pada saat itu, fokus utama pemerintah adalah bagaimana mencari nafkah untuk menghidupi para warga Singapura. Lalu kami mulai melakukan investasi di berbagai bidang," lanjut Lee.
Satu terobosan yang dibuat Lee adalah memberikan jaminan rumah kepada seluruh warga Singapura. Mereka yang semula tinggal di jalanan menjadi memiliki tempat tinggal meskipun mungil. Selain itu, Lee juga tidak memungut pajak yang besar kepada rakyatnya.
Setelah masalah warga selesai, Lee kemudian mencoba untuk meningkatkan ekspor ke negara-negara maju di Barat dan Jepang. Langkah tersebut dilakukan untuk meningkatkan fundamental perekonomian dan mendorong cadangan devisa.
Advertisement
Selanjutnya: Tak Ada Toleransi Buat Korupsi...
Tak Ada Toleransi Buat Korupsi
Tak Ada Toleransi Buat Korupsi
Lee merupakan salah satu pimpinan pemerintahan paling hebat usai era Perang Dunia II. Melalui kerja kerasnya, ia menyulap Singapura menjadi salah satu negara dengan kekuatan perekonomian terbesar di Asia.
Di era pemerintahannya, Lee melakukan berbagai pergerakan yang menunjukkan bahwa bukan sumber daya alam yang paling penting untuk membangun kesejahteraan bangsa. Kuncinya justru adalah menciptakan lingkungan di mana para penduduk dapat berkembang.
Selain itu, Lee juga orang yang berdisiplin tinggi. Semua sisi ia beri aturan agar keteraturan tercipta. Lee juga dikenal sangat keras. Dia tak punya toleransi sedikit pun untuk para pelaku korupsi. Guna menghindari keinginan para pejabat untuk korupsi dan menarik orang-orang berkemampuan tinggi untuk jadi birokrat, Lee membayar para PNS dengan gaji tinggi.
Kebencian Lee terhadap korupsi bisa terlihat dari Indeks Korupsi Dunia 2014. Dalam daftar tersebut, Singapura adalah salah satu negara yang relatif bersih dari korupsi di dunia.
Lembaga Transparansi Internasional juga mengakui hal yang sama. Dalam indeks yang dikeluarkannya, lembaga tersebut mencatat Singapura mendapat nilai 84 dalam hal pemerintahan yang bebas korupsi. Nilai tersebut menempatkan Singapura sebagai negara yang pemerintahannya paling bersih di seluruh Asia.
Â
Soal lain, sadar dihadapkan dengan kemungkinan bencana alam di negaranya, Lee langsung membentuk sistem politik baru yang digabungkan dengan program sosialis dengan strategi pengembangan yang ditujukan untuk menarik modal asing dan membangun sektor manufaktur. Lee dan partai yang dibentuknya, People's Action Party (PAP) fokus pada pengembangan infrastruktur modern, mulai dari pelabuhan dan jalan hingga pendidikan.
Tak ada pengecualian, Lee benar-benar membesut berbagai sektor yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa dan negaranya. Terlihat dari bagaimana Lee meningkatkan sektor infrastruktur tapi juga mengembangkan sumber daya manusianya sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi Singapura.
Salah satu prestasi paling luar biasa dari PAP adalah terciptanya Housing Development Board/HDB (Badan Pengembangan Sektor Perumahan). Lembaga tersebut lantas mengubah warga miskin Singapura yang tinggal di jalanan, menjadi pemilik apartemen yang meski kecil tapi bersih dan modern.
Mengingat pasar-pasar properti Asia tengah memanas, HDB telah membantu harga rumah di Singapura jauh lebih terjangkau dibanding kota-kota utama di China, Hong Kong, atau Tokyo. Lee yakin, kepemilikan rumah yang merata di seluruh penjuru negara akan membuat Singapura menjadi lebih stabil.
Tapi tentu saja, menggenjot pasar properti saja tak cukup untuk membuat Singapura menjadi kaya. Lalu di bawah arahan Lee, seluruh warga melakukan berbagai pekerjaan, mulai dari membersihkan jalanan hingga mengembangkan sistem pendidikan sekolah dasar terbaik di dunia.
Berdasarkan perhitungan Lee, seluruh kegiatan itu dapat menarik perusahaan-perusahaan asing dan pegawai terampil yang dapat membantu perekonomian Singapura berkembang lebih cepat. Pergerakan Lee itu dilakukan pada era di mana China, India dan sebagian besar negara di Asia Tenggara masih tertutup bagi investasi guna menghindari para kapitalis.
Selanjutnya: Keajaiban Ekonomi di Tangan Lee...
Advertisement
Keajaiban Ekonomi di Tangan Lee
Keajaiban Ekonomi di Tangan Lee
Dunia seakan menyambut seluruh kerja keras Lee, menjadikan Singapura sebagai salah satu tujuan investasi paling diminati bagi perusahaan-perusahaan internasional. Tiga tahun setelah Lee membesut perekonomian Singapura, pada 1968, Texas Instrument mendirikan pabrik pembuatan chip di sana.
Seperti ditulis oleh Forbes, Minggu (22/3/2015), Lee mengundang secara pribadi perusahaan itu untuk membantu transformasi Singapura menjadi negara teknologi. Sebuah studi yang dilakukan pada 2011 mencatat Singapura sebagai lokasi paling unggul untuk perusahaan-perusahaan Eropa yang ingin mendirikan pusat bisnis di kawasan Asia Pasifik.
Perusahaan-perusahaan dengan pusat bisnis regional tersebut termasuk Microsoft, Google, Exxon Mobil, dan Kellogg's. Singapura kini memilki lebih dari dua kali lipat pusat bisnis regional dibandingkan Tokyo.
Di bawah kepemimpinan Lee, banyak negara akan melihat bagaimana Singapura mengalami keajaiban di bidang ekonomi. Sukses besar yang dicapai perekonomian Singapura dipicu oleh kejelasan tujuan dan kepribadian luar biasa yang mampu mempengaruhi sebagian besar penduduknya.
Bayangkan saja, berkat berbagai aksi dan pergerakan Lee, antara 1960-2011, produk domesti bruto (PDB) per kapita Singapura meningkat lebih dari 100 kali lipat. Kini PDB per kapita Singapura mencapai lebih dari 55 ribu dolar Singapura. Padahal pada 1965, PDB per kapita Singapura masih bertahan di level 512 dolar Singapura.
Singapura kini berdiri gagah sebagai salah satu negara dengan perekonomian paling maju di muka bumi, terkenal bersih dan memiliki lingkungan paling hijau. Negara itu mampu bersinar dan menjadi pasar yang terbuka lebar di tengah kawasan yang masih dibebani korupsi dan birokrasi yang berbelit-belit. (Ein)