Sukses

Wujudkan Ekosistem Green Energy, Erick Thohir Akan Bangun Pom Etanol di Surabaya

Nantinya uji coba produksi bahan bakar etanol atau bioetanol akan mulai dilakukan di PT Perkebunan Nusantara atau PTPN.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir sangat serius ingin mewujudkan ekosistem kendaraan green energy atau energi hijau di Indonesia. Untuk merealisasikan itu, Erick Thohir akan membangun pom bahan bakar etanol di Kota Surabaya, Jawa Timur.

Erick Thohir menuturkan, langkah pemerintah membangun ekosistem green energy ini bertujuan untuk menekan beban impor bahan bakar minyak (BBM). Nantinya uji coba produksi bahan bakar etanol atau bioetanol akan mulai dilakukan di PT Perkebunan Nusantara atau PTPN.

“Rencananya Pom akan diluncurkan di Surabaya karena etanol dan B35 mirip. Dari tumbuhan dan punya proses logistik lebih kompleks. Jadi, tidak bisa terlalu jauh pom bensinnya karena bisa busuk,” ujar Erick Thohir pada Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Senin 13 Februari 2023, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Erick Thohir mengatakan, pihaknya akan terus mematangkan serangkaian uji coba pembangunan pom etanol. Ia optimistis pembangunan pom etanol bisa direalisasikan dalam jangka waktu tiga bulan mendatang.

"Uji coba di Surabaya, 3 sampai 4 bulan lagi,” ucap orang nomor satu di Kementerian BUMN ini.

Langkah Erick Thohir ini sejalan dengan intruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pada 4 November 2022 lalu di pabrik bioetanol PT Energi Agro Nusantara (Enero), Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Presiden Jokowi secara resmi meluncurkan program Bioetanol Tebu untuk Ketahanan Energi.

Program Bioetanol Tebu ini bertujuan untuk menghadirkan ketahanan energi di Tanah Air. Melalui program tersebut, diproyeksikan bakal mendongkrak peningkatan jumlah produksi bioetanol nasional dari 40 ribu kiloliter pada 2022 menjadi 1,2 juta kiloliter pada 2030 mendatang.

 

2 dari 2 halaman

Pertamina dan PTPN III Kerja Sama Pemasaran Bioetanol

Sebelumnya, PT Pertamina dan PT Perkebunan Nusantara III bakal kerja sama dalam pemasaran Bioetanol yang digarap oleh SugarCo. Lebih jauh, bioetanol diharapkan mampu menekan produksi BBM dan konsumsi minyak mentah.

Hal ini diungkap Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury dalam penandatanganan Head of Agreement antara PTPN III dengan Pertamina tentang Rencana Kerja Sama Pengembangan Bio Energi Berbasis Bahan Bakar Nabati di Indonesia untuk Ketahanan Energi Nasional. HoA ini juga disaksikan langsung oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif, dan Presiden Joko Widodo.

“Kita harapkan nanti gula yang akan diproduksi menjadi Bioetanol bisa dikerjasamakan menjadi suplai yang akan di-branding oleh Pertamina untuk bisa mengurangi produksi BBM dan mengurangi kebutuhan minyak mentah. Dan kita harapkan secara bertahap ini bisa dilakukan Pabrik Enero yang saat ini bisa memproduksi kurang lebih sekitar 30.000 kiloliter per bulannya," kata Pahala dalam keterangannya, ditulis Minggu (6/11/2022).

"Jadi kita berharap bahwa kedepannya akan lebih banyak lagi kilang Etanol yang bisa kita bangun untuk secara bertahap meningkatkan ketahanan energi,” sambungnya.

Selain memproduksi gula dan bioetanol, Kementerian BUMN berharap agar peningkatan produktivitas dan pengembangan komunitas tebu juga bisa terus dikembangkan untuk melakukan tumpang sari dengan komunitas kedelai.

“Saat ini sudah dilakukan pilot di kurang lebih sekitar 37,88 hektar dan kami berharap bahwa di tahun 2023 nanti kita bisa melaksanakan 35.000 hektar dengan harapan nanti di tahun 2024 bisa mencapai 50.000 hektar yang dikerjasamakan untuk menanam kedelai secara tumpang sari,” paparnya.

Pahala menyebut, Kementerian BUMN melalui PTPN III selaku Holding Perkebunan mendorong peningkatan produksi tebu nasional dengan berkolaborasi dengan para petani tebu Indonesia untuk mewujudkan swasembada gula. Ini seiring dengan upaya untuk meningkatkan produksi Bioetanol nasional dari 394 ribu kiloliter di tahun 2022 menjadi 1,2 juta kiloliter di tahun 2030.

Kemudian, menjadi potensi campuran (blend) bahan bakar minyak dari 6 persen di tahun 2022 menjadi 13,8 persen di tahun 2030 demi tercapainya ketahanan energi nasional.