Liputan6.com, Sanaa - Dengan menggunakan 6 unit bus, sebanyak 262 WNI di Yaman berusaha keluar dari negara yang tengah bergejolak tersebut. Evakuasi WNI ini menjadi peristiwa pertama sejak Arab Saudi dan sekutunya menghajar kelompok pemberontak Syiah Al-Houthi dan meluluhlantakkan wilayah Yaman.
Selama 5 jam, para WNI itu menempuh perjalanan. Mereka melewati Sanaa, Al Hudaidah, Tuwal hingga mencapai titik aman di Jizan, Arab Saudi. Perjalanan pun tak berjalan lancar.
Dubes RI untuk Yaman Wajid Fauzi, yang menjadi pemimpin dalam misi ini menuturkan, suasana mencekam menyelimuti hati WNI. Mereka diminta terus berdoa memohon keselamatan sepanjang perjalanan. Tak hanya itu, sejumlah pasukan khusus militer Yaman pun turut serta dalam perjalanan itu.
"Suasana sangat mencekam tetapi kami terus menenangkan para WNI dan meminta semuanya untuk terus berdoa sepanjang 5 jam perjalanan dari Al Hudaidah," ujar Wajid dalam keterangan tertulis, Kamis 2 April 2015.
Dalam rombongan itu, ada 2 warga negara asing asal Thailand yang turut serta. Keduanya diikutkan dalam evakuasi atas permintaan langsung dari Otoritas Negeri Gajah Putih.
Segera Dipulangkan
Respons cepat diambil Kementerian Luar Negeri saat mengetahui 262 warga negara Indonesia (WNI) berhasil keluar dari Yaman. Rombongan WNI yang tengah berada di Arab Saudi itu segera akan dipulangkan ke Tanah Air.
"Saat ini kita akan melakukan pendataan ulang untuk menyiapkan tiket pemulangan ke Indonesia," ujar Wakil Dubes Indonesia di Arab Saudi Sunarko dalam keterangan tertulis, Kamis 2 April 2015.
Sunarko menjelaskan, saat rombongan WNI itu tiba di Arab Saudi, KBRI Riyadh serta KJRI Jeddah langsung membantu proses imigrasi. Selama di Arab Saudi, lanjut Sunarko, rombongan WNI tersebut akan ditampung sementara di Kota Jizan.
Menurut Konsulat Jenderal RI di Jeddah, Dharmakirty, rombongan WNI itu tidak bisa lama ditampung di Arab Saudi. Izin tinggal mereka di negeri kaya minyak tersebut hanya sekitar 2 pekan.
Pemberian waktu tinggal ini merupakan buah dari upaya pendekatan yang dilakukan perwakilan diplomatik RI kepada Otoritas Arab Saudi. Pendekatan tersebut telah dilakukan sejak Yaman mulai bergejolak.
"Kita sudah lakukan pendekatan jauh-jauh hari kepada imigrasi Saudi agar WNI yang dievakuasi dari Yaman dapat diberikan dispensasi visa transit 15 hari," pungkas Dharmakirty.
100 WNI Terjebak
Usai sukses mengevakuasi 262 Warga Negara Indonesia (WNI) dari Yaman ke Arab Saudi, Kementerian Luar Negeri menegaskan akan terus mengintensifkan evakuasi WNI dari negara yang tengah bergejolak itu.
"Selama masih ada WNI yang membutuhkan, pemerintah akan terus melakukan evakuasi dari Yaman," ujar Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis 2 April 2015.
Baca Juga
Berdasarkan catatan Kementerian Luar Negeri, jumlah WNI di Yaman mencapai 4.159 orang. Sebanyak 2.626 orang di antaranya adalah mahasiswa dan 1.488 orang adalah tenaga kerja profesional yang bekerja di perusahaan minyak dan gas. Adapun keluarga kedutaan besar RI di Yaman mencapai 40 orang.
Advertisement
Retno menyatakan, kondisi di Yaman yang selalu berubah, membuat skenario pemulangan WNI berbeda-beda. Meski begitu, dia memastikan semua jalur evakuasi baik darat, laut maupun udara sudah disiapkan Pemerintah Indonesia.
Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Lalu Muhamda Iqbal menyatakan, Kemlu sepenuhnya mengendalikan proses evakuasi WNI di Yaman. Proses ini akan dikoordinasikan dengan Perwakilan RI di Arab Saudi, Ethopia, dan Oman.
Iqbal menjelaskan, proses evakuasi gelombang terbaru terpusat di sejumlah titik. Termasuk di salah satu kota besar di Yaman yakni Aden.
"Saat ini kita sedang fokus mengevakuasi sekitar 45 WNI yang masih di Al Hudaidah serta sekitar 100 WNI yang masih terjebak pertempuran di Kota Aden," sebut Iqbal.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengatakan, WNI yang masih berada di Aden akan dievakuasi melalui kapal ke Djobouti (Afrika Timur).
"Menurut rencana kita akan angkut siang ini. Dari Djibouti akan menuju Indonesia," pungkas Arrmanatha.
Tim Penyelamat TNI
TNI AU mengirim satu pesawat Boeing 737-400 ke Yaman untuk mengangkut WNI yang masih ada di negara tersebut. Pesawat itu terbang pada Kamis 2 April 2015 pukul 19.00 WIB.
Menurut Panglima TNI Jenderal Moeldoko, pihaknya menyiapkan pesawat cadangan jika itu memang diperlukan. Selain itu, 16 prajurit dari Kopassus, Kopaskhas, Denjaka, dan Kostrad juga diterjunkan untuk menyelamatkan WNI.
Moeldoko menjelaskan, dalam misi penyelamatan ini akan ada beberapa tahapan. Tahap awal, TNI menyiapkan prajuritnya setelah mendengar perkembangan politik di Yaman semakin memburuk.
"Selanjutnya tahap persiapan, kami kirimkan dua perwira penerbang untuk melihat situasi, mengalkulasi situasi, bagaimana kira-kira rencana embarkasi di sana," kata Moeldoko di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (2/4/2015).
Moeldoko mengatakan, evakuasi melalui jalur udara ini dilakukan bukan untuk mengeluarkan WNI dari Yaman ke negara-negara terdekat, seperti Arab Saudi atau Djibouti. Tugas TNI adalah mengeluarkan WNI dari Yaman ke beberapa tempat yang disiapkan. Setelah itu, WNI tersebut akan naik pesawat komersial ke Indonesia.
"Dari Sanaa akan digeser ke perbatasan Arab Saudi. Intinya pesawat kita di sana mengangkut masyarakat Indonesia yang saat ini berada di lokasi-lokasi sana untuk diangkut keluar. Setelah itu, langsung dibawa pesawat komersial ke Indonesia," jelas Moeldoko.
Perang saudara di Yaman semakin sengit. Pertempuran melawan milisi Syiah Houthi yang mengudeta pemerintahan Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi di Yaman, semakin meluas dengan melibatkan koalisi Teluk yang dipimpin Arab Saudi.
Langkah itu diambil setelah Presiden Yaman meminta bantuan kepada Arab Saudi. Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz menegaskan, operasi militer akan terus dilakukan hingga tujuan utama tercapai, yakni stabil dan bersihnya Yaman dari pemberontak Houthi. Ada 8 negara Arab yang ikut dalam operasi di Yaman ini.
Militer Arab Saudi menggunakan sedikitnya 100 pesawat tempur yang juga disokong Uni Emirat Arab, Bahrain, Kuwait, Qatar, Yordania, Maroko, Sudan, dan Mesir. (Ali/Ans)