Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengimbau semua pihak di Yaman, memberlakukan jeda kemanusiaan (humanitarian pause) agar warga sipil bisa dievakuasi keluar dari negara yang tengah bergejolak itu.
Kesempatan jeda kemanusiaan itu juga akan digunakan Pemerintah RI untuk mengevakuasi WNI secepatnya dari Yaman.
Keadaan kemanaan di Yaman, khususnya di bagian barat sekitar kota Aden dan Sanaa semakin memprihatinkan. Kontak senjata antara pihak yang bertikai semakin meluas. Keadaan ini mempersulit upaya evakuasi yang dilakukan dan mengharuskan Tim Evakuasi WNI untuk terus menyesuaikan skenario, langkah, dan proses evakuasi.
"Tim evakuasi tetap berpengang pada prisip melakukan evakuasi secara cepat, aman dan efisien," demikian pernyataan Menlu Retno dalam keterangan yang diterima, Minggu (5/4/2015), di Jakarta.
Indonesia, kata Retno, menyesalkan jatuhnya kembali korban sipil dalam pertikaian di Yaman. Karena itu, Pemerintah Indonesia terus menyerukan agar semua pihak menahan diri dan memperhatikan keselamatan warga sipil, baik itu warga Yaman maupun warga asing.
Guna mengevakuasi WNI, Pemerintah telah mengirim tim terpadu ke Yaman dan Salalah, Oman. Evakuasi WNI termasuk dengan mengerahkan satu pesawat TNI AU Boeing 737-400 dan satu kapal yang disewa dari Djibouti, Afrika Timur. Tim yang terdiri 43 personil meliputi unsur Kementerian Luar Negeri (14 orang), TNI AU (21 orang), Polri (7 orang), dan BIN (3 orang), terus mencari cara untuk dapat melakukan evakuasi cepat, aman dan efisien.
Untuk proses evakuasi, Pemerintah melibatkan 5 Perwakilan RI yaitu KBRI Sanaa, KBRI Riyadh, KBRI Muscat, KBRI Addis Ababa dan KJRI Jeddah. (Sun)
Menlu Retno: Berlakukan Jeda Kemanusiaan di Yaman untuk Evakuasi
Pemerintah Indonesia menyerukan agar semua pihak di Yaman menahan diri dan memperhatikan keselamatan warga sipil.
Advertisement