Sukses

Kisah 42 Siswa Berdesakan di Mobil Butut demi Pergi Sekolah

Mobil butut itu harus menempuh jalan berkelok dan rusak serta menembus hutan sejauh 2 kilometer untuk mengantar siswa sekolah.

Liputan6.com, Banyuwangi - Pagi baru menjelang, namun puluhan siswa tingkat sekolah dasar (SD) yang tinggal di tepi hutan Banyuwangi, Jawa Timur ini sudah bergegas. Mereka berangkat sekolah menggunakan mobil tua milik salah seorang warga.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Senin (6/4/2015), hanya dalam sekejap puluhan siswa sudah memadati mobil butut itu. Pemandangan yang sungguh menyesakkan dada. Para siswa bahkan nekat menaiki atap mobil hingga bergelantungan di pintu belakang.

Di dalam mobil, giliran para siswi yang duduk berdesak-desakan. Nyaris tak ada ruang cukup, bahkan untuk sekadar menggerakkan kaki. Meski sudah penuh sesak, ternyata masih ada saja siswa yang naik. Setidaknya ada 42 siswa SD yang naik mobil tua ini.

Untuk sampai di sekolah, mobil harus menempuh jarak sekitar 2 kilometer. Namun bukan jalan mulus yang dilalui melainkan jalan berkelok dan rusak parah dan harus menembus hutan. Tak jarang pula perjalanan mereka terhalang pohon tumbang.

Adalah Misnadi salah seorang pemuda desa yang tak tega melihat semangat anak-anak bersekolah. Ia pun menjual motor kesayangannya dan membeli sebuah mobil tua. Sebelumnya puluhan siswa itu harus berjalan kaki sejauh 2 kilometer untuk sekolah.

Dengan mobil butut ini, para siswa hanya membayar Rp 2.500 per hari. Misnadi ikhlas mengantar pulang-pergi siswa sekolah meskipun kadang upah yang didapat tak cukup untuk membayar perawatan mobil tuanya.

"Saya kasihan melihat anak-anak jalan kaki. Kalau hujan ya kehujanan. Besoknya nggak sekolah. Sepatu juga gitu. Hampir 2 minggu sekali ganti sepatu," ujar Misnadi.

Setelah perjalanan menegangkan selama setengah jam, para siswa akhirnya tiba di SD Negeri 3 Temuguruh, Sempu, Banyuwangi.

Kepala SDN Temuguruh Suhartono mengaku sangat terbantu dengan adanya mobil milik Misnadi itu karena bisa mengantar siswanya sekolah. "Bagi saya, ini sangat membantu kelancaran anak-anak belajar dan menuntut ilmu di sekolah," ujarnya.

Pemandangan seperti ini harusnya menjadi PR bagi pemerintah daerah. Jangan sampai infrastruktur yang buruk menghalangi semangat belajar anak-anak. (Nfs/Yus)