Sukses

Anak Dahlan Iskan Dianggap Mampu Pimpin Surabaya?

Surabaya dinilaisemakin bertransformasi dan lebih progresif, jika ke depan roda pemerintahan Kota Pahlawan ini dipimpin anak muda.

Liputan6.com, Jakarta - Kota Surabaya membutuhkan sosok pemimpin selanjutnya dari kalangan anak muda yang progresif, cerdas, dan punya visi luas. Sebab, kepemimpinan Surabaya yang tinggal menghitung bulan ini dinilai masih meninggalkan sejumlah problem sosial. Terutama di bidang pelayanan publik, pendidikan, transportasi umum, dan pembangunan infrastruktur.

"Warga Surabaya butuh pemimpin yang bisa bekerja lebih cepat dan tidak mengandalkan pencitraan, serta mampu merangkul kalangan masyarakat untuk membangun Surabaya," kata Pengamat Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Fahrul Muzaqqi Senin, Jakarta, (6/4/2015).

"Surabaya memiliki potensi kepemimpinan anak muda dan ekonomi kreatif yang begitu besar. Mereka ada yang berasal dari profesional, aktivis, dan praktisi kampus," sambung dia.

Karena itu, Fahrul mengatakan, Surabaya akan semakin bertransformasi dan lebih progresif jika ke depan roda pemerintahan Kota Pahlawan tersebut dipimpin anak muda yang memiliki visi kreatif dan perubahan.

Kebutuhan pemimpin muda di Surabaya juga diungkapkan pengamat politik dari Lembaga Monitoring Data dan Analisa Media Sosial Air Mobilization (AirMob) Nafi Muthohirin. Dia menilai, warga Surabaya memiliki identitas tersendiri yang dikenal luas di pelosok negeri, yaitu anak-anak mudanya dikenal berani, kreatif, lugas dan tulus.

Sejumlah pemimpin muda Surabaya yang mungkin bisa dimajukan seperti putra Dahlan Iskan, Azrul Ananda yang juga pemimpin Grup Jawa Pos, Arif Budiman salah satu Komisioner KPU Pusat, adik Menpora Imam Nachrowi yang juga Ketua DPC PKB Surabaya Syamsul Arifin.

Atau bisa juga pengamat politik muda yang juga koordinator nasional Sukarelawan Indonesia untuk Perubahan, Dimas Oky Nugroho. Dia saat ini juga menjadi salah satu tim ahli di Kantor Staf Presiden dan mantan Ketua Senat Unair saat era reformasi.

Karena itu, kata Fahrul, Surabaya sebagai kota yang dinamis dan memiliki potensi ekonomi yang besar butuh pemimpin yang lebih kreatif, bonek dalam arti positif sesuai dengan semangat zaman. Nah, saat ini modal kepemimpinan ala bonek tersebut hanya dimiliki pemimpin dari kalangan anak muda.

"Kepemimpinan Surabaya tidak boleh dilepaskan dari identitas kediriannya tersebut. Surabaya membutuhkan pemimpin yang berjiwa 'bonek', egaliter-partisipatoris, dan berani," pungkas pengamat politik alumni UIN Sunan Ampel Surabaya ini. (Rmn)

Video Terkini