Sukses

Sebelum Beraksi, Mario si Penyusup Garuda Pantau Bandara 1 Tahun

Setelah mempelajari situasi bandara selama 1 tahun, Mario merasa yakin bisa menorobos masuk wilayah landasan.

Liputan6.com, Jakarta - Aksi nekat yang dilakukan Mario Steven Ambarita saat menyusup ke roda pesawat Garuda Indonesia GA 177 rupanya bukan aksi spontan. Pemuda 22 tahun asal Riau itu rupanya sudah mempelajari bagaimana caranya agar bisa ikut dalam penerbangan di roda pesawat.

Hal itu diakui Mario setelah diperiksa otoritas keamanan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Suprasetyo mengatakan, Mario mempelajari cara menyelinap di celah sempit ruang roda pesawat melalui informasi di internet.

"Saya sudah pelajari dari berita-berita di internet, seperti di Afrika yang berhasil naik pesawat lewat roda," kata Suprasetyo saat membacakan hasil pemeriksaan Mario dalam jumpa pers di Kemenhub, Jakarta, Rabu (8/4/2015).

Sebelum beraksi, Mario juga diketahui sudah mempelajari situasi Bandara Sultan Syarief Kasim (SSK) II Pekanbaru, Riau. Pemuda 22 tahun itu rupanya sudah memantau dan mengamati situasi bandara selama 1 tahun.

"Setelah diinterograsi, dia punya keinginan menyusup ke pesawat dan sudah mempelajari lebih dari 1 tahun," kata Suprasetyo.

Setelah mempelajari situasi bandara selama 12 bulan itu, Mario merasa yakin bisa menorobos masuk wilayah landasan. Keyakinan itu kemudian direalisasikan pada Selasa 7 April 2015 kemarin. Dia mengendap-endap usai memanjat pagar pembatas bandara dekat landasan.
‎
"Pada tanggal itu dia juga sudah memperlajari penerbangan ke Jakarta apa saja. Ada Batik Air, Citilink, dan Garuda Indonesia. Nah pagi pukul 08.00 WIB, dia sudah di bandara, pukul 10.30 WIB dia berhasil masuk ke Bandara SKK II. Dia lompat lewat pagar yang dekat kargo," ucap Suprasetyo.‎
‎
Aksinya itu berhasil. Meski dengan bertaruh nyawa, Mario akhirnya terbang dari Pekanbaru ke Jakarta. Namun sayang, bukannya bertemu dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi seperti impiannya, Mario harus berhadapan dengan pihak keamanan karena apa yang dilakukannya itu melanggar peraturan.

Mario ‎menjadi penumpang gelap pesawat Garuda Indonesia rute Pekanbaru-Jakarta pada Selasa 7 April 2015 sore. Mario nekat menjadi penumpang gelap dengan cara menyusup di tempat roda pesawat sesaat sebelum pesawat lepas landas di landasan Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Riau.‎

Setelah pesawat mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, pemuda 22 tahun asal Riau itu kemudian ditemukan petugas keamanan Angkasa Pura (AP) II sedang berjalan kaki dalam keadaan sempoyongan. Usai menempuh penerbangan selama 1 jam 10 menit pada ketinggian 34 ribu kaki di tempat yang tidak aman, keadaan Mario memprihatinkan dengan ‎kondisi telinga sebelah kiri berdarah dan jari-jari tangannya membiru.‎ (Riz/Sss)