Sukses

'3 Wajah' Megawati

Baju nuansa merah dan hitam masih menjadi andalan si ibu yang telah berdiri di atas podiumnya. Senyumnya lebar. Matanya berbinar.

Liputan6.com, Sanur - Baju nuansa merah dan hitam masih menjadi andalan si ibu yang telah berdiri di atas podiumnya. Senyumnya lebar. Matanya berbinar.

Sesekali dia terkekeh saat menceritakan sepenggal kisah yang baginya lucu. Sementara hadirin tetap tekun menyimak.

Megawati Soekarnoputri, wanita yang sekali lagi dipilih sebagai Ketua Umum PDIP tersebut terus ‘cas cis cus’ dengan luwesnya. Sudah mirip komedian di acara stand up comedy. Ini adalah satu di antara sekian 'wajah' Mega yang ditampilkannya selama Kongres PDIP.

“Dipikir Bu Mega itu serius doang. Oh nggak. Aku kalau sudah humor, sama temen saya, itu seperti semalam,” ucap Mega saat menutup Kongres PDIP di Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Denpasar, Bali, Sabtu (11/4/2015).

“Aduh, abis selalu disuruh serius ketua umum ini, untung masih lumayan cantiknya.”

Selain melucu, Mega juga mengungkapkan rasa bangganya terhadap para kadernya di partai berlambang banteng moncong putih tersebut.

Dia menyebut, kader-kadernya sangat patuh kepadanya. Bahkan bisa dikatakan kader PDIP lebih patuh ketimbang rakyat Indonesia. Karena hal itu pula dia merasa masih menjadi presiden. Meskipun kursi orang nomor 1 RI itu tak lagi didudukinya.

"Kalau saya ini seperti presiden, karena anak buah saya banyak, dan itu sampai di tingkat ranting. Kalau pemerintah sampai di RT, saya punya anak ranting mungkin di bawahnya," tutur Mega.

“Kalau saya minta bergerak, semua bergerak,” ucap dia.

Meski masih 'banjir' penghormatan, Mega mengaku, tak jarang dirinya harus menghadapi sejumlah ganjalan. Salah satunya pemberitaan miring.

Dia menyebutnya sebagai 'di-bully media'. Namun begitu, putri sulung mendiang Presiden Pertama RI Sukarno itu menekankan, sekalipun di-bully media, ia tetap akan maju.

Dalam kesempatan ini Mega sekali lagi menyinggung soal istilah petugas partai. Istilah petugas partai sempat disematkan kepada para kader PDIP yang duduk di pemerintahan, termasuk Presiden Jokowi.

Saat pidato politik pada pembukaan kongres, Kamis 9 April 2015, Presiden ke-5 RI, Mega mengatakan, proses seleksi kader untuk menduduki jabatan di struktur kepengurusan partai dilakukan dengan serangkaian pengujian kapasitas, kepemimpinan, loyalitas, dan dedikasi. Dalam proses tersebut, ucap dia, ada beberapa kader yang enggan disebut sebagai petugas partai.

Dan kini Mega mengingatkan kembali para kader yang menolak disebut sebagai petugas partai. Dia mengancam bakal mempersilakan para kader tersebut untuk hengkang dari PDIP.

Ingat kalian adalah petugas partai. Kalau kalian tidak mau disebut sebagai petugas partai, silakan keluar dari partai,” seru Megawati dengan nada berapi-api. Dia juga meminta agar kader-kader PDIP serius dalam menjalankan tugasnya.

Mega Tersanjung

Mega tak cuma bisa melucu dan tegas. Dia juga berubah menjadi sentimentil. Apalagi saat teringat pada sang ayah, Sukarno.

Seperti yang terjadi saat dia membacakan pidato pembukaan Kongres PDIP, 9 April 2015.

Saat itu Mega tak kuasa menahan tangis usai membacakan puisi berjudul 'Aku Melihat Indonesia'. Mega menitikkan air mata dan terlihat berjuang keras menahan haru saat membaca baris-baris terakhir puisi yang tak lain merupakan karya ayahnya, Sukarno.

Aku Melihat Indonesia

Jika aku berdiri di pantai Ngliyep
Aku mendengar lautan Indonesia bergelora
Membanting di pantai Ngeliyep itu
Aku mendengar lagu – sajak Indonesia

Jikalau aku melihat
Sawah menguning menghijau
Aku tidak melihat lagi
Batang padi menguning – menghijau
Aku melihat Indonesia

Jika aku melihat gunung-gungung
Gunung Merapi, gunung Semeru, gunung Merbabu
Gunung Tangkupan Prahu, gunung Klebet
Dan gunung-gunung yang lain
Aku melihat Indonesia

Jikalau aku mendengar pangkur palaran
Bukan lagi pangkur palaran yang kudengarkan
Aku mendengar Indonesia

Jika aku menghirup udara ini
Aku tidak lagi menghirup udara
Aku menghirup Indonesia

Jika aku melihat wajah anak-anak di desa-desa
Dengan mata yang bersinar-sinar
(berteriak) Merdeka! Merdeka!, Pak! Merdeka!

Aku bukan lagi melihat mata manusia
Aku melihat Indonesia!   

Puisi itu dibacakan Mega di penghujung pidatonya. Di hadapan para petinggi negeri, Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Pada hari itu jugalah dia terpilih kembali secara aklamasi sebagai Ketua Umum PDIP.

Usai mengucapkan sumpah jabatan, Mega menyampaikan rasa tersanjungnya. Wanita kelahiran 23 Januari 1947 itu merasa terhormat dengan dikukuhkannya kembali sebagai Ketua Umum PDIP.

"Saya sangat merasa tersanjung dan terhomat karena kongres telah memilih lagi. Meskipun sebenarnya merupakan beban saya lima tahun mendatang," kata Mega di Grand Inna Bali Beach Hotel, Sanur, Bali, Kamis 9 April 2015.

Dia tak menyia-nyiakan waktu. Mega yang juga ditetapkan menjadi formatur tunggal untuk menyusun kepengurusan lima tahun ke depan langsung mengumumkan daftar ‘petugas partainya’ pada Jumat 10 April 2015.

Dia memilih Hasto Kristiyanto sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) untuk mendampinginya selama 5 tahun ke depan. Mega pun mengancam tak akan ragu-ragu mengambil tindakan jika Hasto mengkhianati kepercayaan yang diberikan kepadanya.

"Jika dia mengkhianati saya dan partai, akan saya sembelih dia," kata Mega kala itu. (Ndy/Ans)