Liputan6.com, Makassar - Kondisi bangunan SMUN 19 Makassar, Sulawesi Selatan rusak parah. Akibatnya, pelaksanaan Ujian Nasional 2015 ini hanya memanfaatkan 4 ruang kelas untuk menampung 74 siswa yang mengikuti UN di hari pertama ini, Senin (13/4/2015).
Dari pantauan Liputan6.com, beberapa tembok ruangan ‎retak dan lantainya ambles akibat terjangan banjir 2014 lalu. Kepala Sekolah SMUN 19 Makassar Abdul Fattah mengungkapkan, pihaknya telah melaporkan kejadian ini ke Dinas Pendidikan Kota Makassar sebelumnya, tapi belum ada tindak lanjut.
"Inilah yang menjadi ketakutan kami di sini, hujan sehari saja tentu akan merendam hampir seluruh ruangan kelas yang memang letaknya sangat rendah," kata Abdul Fattah.
Fattah berharap, Pemda Kota Makassar bisa memberikan solusi terhadap masalah yang ada di SMUN 19 Makassar. Salah satunya merenovasi bangunan sekolah atau merelokasi ke tempat yang lebih tinggi.
UN dengan Sistem Manual
Kepala Sekolah SMUN 19 Makassar Abdul Fattah menjelaskan, UN di tempatnya dilakukan secara manual. Sebab, ada kendala fasilitas internet.
Dia menerangkan, pihaknya jauh sebelumnya telah memasukkan proposal untuk bantuan fasilitas internet guna menghadapi UN tahun 2015 ini. Tapi, hingga pelaksanaan UN tiba, tidak ada realisasi akan bantuan tersebut. Proposal bantuan telah dimasukkan ke Dinas Informasi dan komunikasi Kota Makassar, Pemda Makassar, serta melalui DPRD Kota Makassar.
"Kita sebenarnya sudah siap, laboratorium komputer ada tapi kendalanya tidak ada fasilitas internet. Kita juga sudah memasukkan proposal untuk dibantu fasilitas internet namun hingga saat ini itu tak terealisasi," ungkap Fattah.
Menurut Fattah, untuk mendapatkan jaringan internet, pihak SMUN 19 Makassar harus memasang 20 tiang. Tiap 1 tiang nilainya sebesar Rp 1,7 Juta. Tiang dipasang mulai dari kampus Sekolah Tinggi Bahasa Arab (STIBA) yang jaraknya 1 Kilometer dari SMUN 19 Makassar
"Jadi kita butuh tiang dan kabel untuk jaringan internet. Nah jika dihitung-hitung dari mana kami mengambil dana untuk memenuhi semuanya. Dana bantuan operasional sekolah (BOS) yang ada juga hanya menganggarkan untuk pengadaan modem tapi nilainya terbatas hanya Rp 250 ribu," terang Fattah.
Sementara, Irene siswa jurusan IPA SMUN 19 Makassar yang sedang beristirahat usai mengikuti UN mengaku senang dengan sistem manual.
Namun yang ditakutkan hampir semua siswa untuk pelaksanaan UN tahun ini, lanjut Irene jika sekolahnya kembali kebanjiran.
"Takutnya kami karena ini masih musim penghujan, kelas-kelas pada kebanjiran seperti tahun lalu dan akhirnya UN ditunda," tutur Irene. (Mvi/Yus)