Sukses

Cerita Pilot Pesawat TNI AU saat Evakuasi WNI di Yaman

Dia mengungkapkan kendala yang dihadapi tim dalam upaya evakuasi. Salah satunya soal izin terbang.

Liputan6.com, Jakarta - Dengan wajah sangat serius, seorang pria turun dari Pesawat 737-400 milik TNI AU di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Seketika prajurit TNI itu langsung disambut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan KSAU Marsekal Madya TNI Agus Supriatna.

Pria tersebut Letkol Penerbang I Gede Putu Setia. Putu berperan penting saat tim gabungan TNI, Kemlu, Polri, dan BIN, mengevakuasi 99 WNI dari Yaman.

Dia menjadi 'juru mudi' burung besi yang terbang membawa puluhan WNI dari Yaman ke Indonesia. Setelah berbincang dengan KSAU dan Menlu, Letkol Putu menceritakan bagaimana kondisi di Yaman saat operasi evakuasi dijalankan.

Ia mengungkapkan kendala yang dihadapi tim dalam upaya evakuasi. Salah satunya soal izin terbang.

"Sabtu (11 April 2015) kemarin rencana awal kita mau ke Al-Hudaydah (Yaman). Memang biasanya zona terbang itu diberikan pas tengah malam. Minta izinnya sudah dari pagi hingga siang. (Tapi) dapatnya pukul 02.00 sampai 03.00 pagi," sebut Letkol Putu di Bandara Halim, Jakarta, Senin (13/4/2015).

Namun, dia memahami hal tersebut. Sebab kala itu, pesawat tempur dari koalisi yang dipimpin Saudi Arabia tengah melancarkan serangan ke Yaman.

"Beberapa wilayah dijadikan Saudi sebagai basis untuk menyerang ke Yaman sehingga kita diputar perjalanannya hampir 3,5-4 jam. Itu untuk menghindari wilayah-wilayah yang dipakai Saudi untuk menyerang Yaman," ucap dia.

Namun, lanjut Putu, serangan udara Saudi ke Yaman tak menyurutkan upaya evakuasi pemerintah Indonesia. Kondisi itu tak membuatnya jera lantaran TNI AU sebelumnya diberi tahu titik mana saja yang menjadi koordinat serangan oleh Arab Saudi.

Dia menyatakan pemberitahuan itu sangat penting. Dengan info ini, timnya dapat mengambil jalur aman untuk penerbangan pesawat TNI AU yang akan mengevakuasi WNI.

"Kalau memang kita mengganggu pergerakan (Arab Saudi), kita akan diarahkan (oleh Yaman). Bahkan akan dipaksa untuk mendarat di landasan yang memungkinkan untuk mendarat," pungkas Putu. (Ali/Yus)