Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat harap berhati-hati ketika mencoba membeli dan mengunyah makanan. Sebab apa yang Anda makan, bisa jadi mengandung bahan terlarang. Seperti yang baru saja terungkap baru-baru ini.
Kandungan ganja ditemukan dalam sepotong brownies. Ini merupakan modus baru para pengedar narkoba untuk mengedarkan barang haram dan memberikan 'virus' tersebut kepada masyarakat.
Aksi kriminal ini terungkap saat Badan Narkotika Nasional (BNN) menangkap IR (38) dan komplotannya yakni OJ (21), AH (21), YG (23), dan HA (37) di toko tempat menjual brownies ganja ini di Blok M Plaza, Jakarta Selatan pada 10 April 2015.
Deputi Pemberantasan Narkotika BNN Irjen Pol Deddy Fauzi Elhakim mengatakan, komplotan tersebut telah menjalankan bisnis penjualan ganja dalam brownies selama 6 bulan. "Ini modus baru yang dilakukan tersangka," ujar Deddy di Gedung BNN, Jakarta Timur, Senin (13/4/2015).
Setelah menangkap para pelaku, petugas kemudian menggeledah apartemen IR di Kabupaten Tangerang, Banten. Mereka juga menyita 4 kilogram ganja, 4 loyang daun ganja yang siap dicampur dengan adonan kue, 12 tepung kue, mentega, iven, 14 cetakan kue, blender, mixer, timbangan, 3 kotak kue, dan 1 kotak cokelat.
"Mereka menjual secara online melalui website www.tokohemp.com. Website (laman) itu juga sudah kami blokir. Selain itu mereka juga bisa memesan melalui telepon dan BBM (pesan singkat Blackberry)," jelas Deddy.
Tak hanya di Jakarta, IR dan kawananannya juga mengaku sudah memiliki konsumen tetap hingga di luar Ibukota. Beberapa kota besar juga sudah menjadi wilayah peredaran brownies ganja ini.
Dampak Brownies Ganja
Pengungkapan ganja dalam brownies ini bermula saat ada laporan bahwa seorang anak tidak kunjung bangun tidur selama 2 malam setelah makan brownies.
Menurut Deputi Pemberantasan Narkotika BNN Irjen Pol Deddy Fauzi Elhakim, kala itu, warga melaporkan anaknya tidur selama 2 malam tapi tidak kunjung bangun.
"Setelah diperiksa, pelajar SMP ini tidur seperti itu, baru setelah makan brownies yang mengandung ganja ini," kata Deddy.
Dia menjelaskan, jajarannya lalu mengambil sampel brownies yang dimakan pelajar SMP itu. Ternyata, kue tersebut mengandung THC atau yang lebih akrab disebut ganja. "Efek ganja itu kebalikan dari sabu. Kalau ganja itu efeknya depresan, setelah mengkonsumi tenang dan ingin tidur," jelas Deddy.
Kepada polisi, pengendali komplotan ini, IR (38) mengaku membuat kue berbahan dasar ganja dan mengedarkannya karena merupakan obat HIV dan Hepatitis C yang diidapnya. Dia menganggap ganja sebagai obat untuk mengurangi efek HIV dan Hepatitis C. Lantaran khawatir mengonsumsi ganja dengan cara dibakar, dia pun mengubah ganja menjadi brownies.
"Saya ngerasa pakai ganja lebih baik dan kalau saya pakai rokok linting takut pergi ke luar rumah, akhirnya saya bikin dalam bentuk kue," kata IR.
Lama kelamaan, kue mengandung ganja yang dibuatnya banyak disukai teman-teman IR. Kebetulan, sang teman mengidap penyakit yang sama dengannya. "Karena saya merasa dia senasib dengan saya, saya juga merasakan manfaatnya, ya sudah saya jual saja," aku dia.
Harga Brownies Ganja
IR mengaku biasanya menjual brownies ganja Rp 200 ribu per boks. Tiap boks berisi 20 buah kue kecil berbentuk hati dan bunga. Selain menjual di toko kawasan Blok M Plaza, IR juga mengirim kue ganja buatannya ke beberapa kota besar di Indonesia.
Namun, dia tidak mau menyebut berapa keuntungan yang didapat dari penjualan brownies ganja itu. Yang jelas, dalam waktu 6 bulan dia bisa memiliki toko dan apartemen di Kabupaten Tangerang sebagai lokasi produksi kue.
Deputi Pemberantasan Narkotika BNN Irjen Pol Deddy Fauzi Elhakim mentatakan, anggapan ganja dapat menyembuhkan penyakit adalah salah. Efek yang dirasakan IR hanya sesaat. "Dia tidak bisa menyembuhkan. Yang dirasakan itu semu, sesaat. Kecuali melalui resep dokter. Ini sudah masuk penyalahgunaan karena itu kita tangkap," jelas Deddy.
Akibat perbuatannya, IR bersama 4 tersangka lainnya dijerat Pasal 111 ayat 2, Pasal 114 ayat 2 jo Pasal 132 UU No 35 tahun 2009 tentang Narkotika dengan ancaman hukuman mati.
Kasus Serupa di Luar Negeri
Kasus serupa terjadi di Amerika Serikat. Seorang pria 58 tahun menghubungi Kepolisian Michigan, melaporkan keanehan yang dirasakan tubuhnya. Ia yang sempat pingsan menduga terserang stroke. Petugas penyelamat pun segera datang dan langsung melarikannya ke St. Joseph’s Hospital.
Malam sebelumnya ia memakan kue yang dipanggang anak perempuannya. Sama sekali tak curiga, makanan itu lah penyebabnya.
Setelah mengetahui gejala-gejala yang dialami sang ayah, putri pria tersebut langsung melapor ke kantor kepolisian terdekat. Ia mengaku, sakit ayahnya gara-gara mengonsumsi brownies buatannya.
Gadis 17 tahun itu mengaku, kue bantat nan sedap buatannya bukan penganan biasa. Adonan brownies tersebut dicampur ganja pemberian seorang temannya! Kue atau penganan semacam itu dijuluki 'space cake'.
Setelah gejalanya diketahui, paramedis segera menangani pria tersebut dengan tepat. Dan berhasil, korban keluar dari rumah sakit dalam kondisi sehat.
Sebaliknya, remaja yang membuat brownies terancam tak hanya mendapatkan murka sang ayah. Ia menjadi subyek penyelidikan Kepolisian Oakland County.
"Jika terbukti ada kandungan ganja atau lainnya, kasusnya akan disampaikan pada jaksa. Ia berusia 17 tahun dan itu artinya sudah dewasa di hadapan hukum," kata Sheriff, Mike McCabe, seperti dikutip dari News.com.au. "Dia tak bisa meremehkan begitu saja. Ini akan jadi pelajaran buat dia dan orang lain."
Beda dengan cara diisap yang efeknya langsung, dampak memakan ganja baru terasa sekitar 2 jam kemudian. Kolumnis New York Times yang pernah mengonsumsi permen isi ganja mengaku mengalami halusinasi parah dan paranoia selama 8 jam. (Riz)