Sukses

Penahanan Mario si Penyusup Roda Pesawat Ditangguhkan

Kuasa Hukum Mario, Marangin Parlindungan Sinaga mengatakan, kliennya dibebaskan di Bandara SSK II Pekanbaru pada 14 April 2015.

Liputan6.com, Pekanbaru - Mario Steven Ambarita (21), penyusup di rongga roda pesawat Garuda rute Pekanbaru, Riau-Jakarta, kembali menghirup udara bebas. Dia diperbolehkan pulang ke rumahnya di Kecamatan Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir, Riau oleh penyidik dari Kementerian Perhubungan di Pekanbaru.

Kuasa Hukum Mario, Marangin Parlindungan Sinaga mengatakan, kliennya dibebaskan di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru pada Selasa 14 April 2015 sekitar pukul 23.00 WIB. Menurut dia, penangguhan penahanan Mario adalah hal yang wajar.

"Mario ditahan kalau ancaman hukumannya di atas 5 tahun," ujar dia.

Meski begitu, Maringin mengaku akan terus kooperatif jika penyidik ingin kembali melakukan pemeriksaan terhadap Mario. "Sebab itu, dia pulang dulu ke kampung, karena dia sangat merindukan ayahnya yang saat ini menderita sakit jantung," ujar dia.

Ketua Tim Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kementerian Perhubungan Rudi Ricardo mengatakan, sebenarnya Mario sudah diperbolehkan pulang dari jauh-jauh hari. Namun saat itu Mario tidak ingin pulang dan lebih memilih bersama penyidik.

Aksi Mario ini membuat General Manager Bandara SSK II Slamet Samiaji dicopot walau masih bertugas selama sepekan. Selain itu, ulah nekatnya juga membuat TNI AU yang bermarkas di Lapangan Udara Roesmin Nurjadin melakukan evaluasi pengamanan.

Mario nekat bersembunyi di rongga pesawat untuk bisa terbang ke Jakarta karena ingin bertemu Presiden Joko Widodo.

Vice President Corporate Communication Garuda Indonesia Pujobroto mengungkapkan, kejadian itu bermula pada Selasa 7 April 2015 pukul 14.00 WIB di Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru. Mario menerobos pagar bandara dan masuk ke landasan. Dia menunggu pesawat berhenti sejenak, kemudian lari masuk ke rongga roda pesawat.

Sesampainya di Bandara Soekarno-Hatta, kondisi Mario lemas karena kekurangan oksigen saat di ketinggian. (Ndy/Yus)