Sukses

Kisah 'Hiu Macan Tutul' Memburu Pencuri Ikan di Perairan Natuna

Butuh waktu sekitar 30 jam bagi Kapal Pengawas (KP) Hiu Macan Tutul 002 untuk menjelajahi perairan dari Batam ke Pulau Natuna, Kepri.

Liputan6.com, Natuna - Butuh waktu sekitar 30 jam bagi Kapal Pengawas (KP) Hiu Macan Tutul 002 untuk menjelajahi perairan dari Batam ke Pulau Natuna, Kepulauan Riau. Di pulau yang langsung berhadapan dengan Laut China Selatan itu harta karun tersimpan di bawah genangan air bergaram.

Ikan-ikan berprotein tinggi terkandung di lautan itu. Tak heran banyak nelayan-nelayan dari negeri tetangga mencuri ikan di dekat pulau tersebut.

Maka ke perairan itulah Kapal Hiu Macan Tutul 002 meluncur. Berharap bisa menemukan para pencuri saat tengah beraksi dan langsung mengeksekusi mereka.

"Natuna itu lokasinya sangat dekat dengan kejadian berbagai pencurian ikan. Di sana lebih efektif untuk eksekusi," tutur nakhoda KP Hiu Macan Tutul 002 Kapten Samuel Sandi, Jumat (10/4/2015).

Samuel mengatakan, para pasukan Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) nantinya akan membawa kapal-kapal pencuri ikan bersandar di Batam dan Pontianak. Ini karena tak mudah membawa kapal-kapal itu kembali ke Batam.

"Kapal Hiu Macan Tutul 002 ini kan kecepatan maksimunnya bisa sampai 17 knot. Waktu tempuhnya dari Batam ke Natuna hanya kurang dari 30 jam. Sedangkan kalau kapal asing itu maksimal hanya 7 knot, bisa 3 atau 4 hari baru sampai di Batam," jelas dia.

Selain jarak yang sangat jauh, kondisi beberapa kapal asing yang sudah memprihatinkan juga menjadi bahan pertimbangan. Pontianak dipilih karena kota pelabuhan itu jaraknya lebih dekat dibandingkan kembali ke Batam.

Namun jika sudah tak sangat tak memungkinkan untuk dibawa berlayar, maka kapal pencuri bakal langsung ditenggelamkan.

"Jadi biasanya kalau kapal bagus, itu ditarik ke Batam. Kalau sudah nggak memungkinkan atau kondisinya buruk biasanya ke Pontianak. Tapi kalau sudah tidak tertolong, misalnya ada kebocoran dan kerusakan mesin, mau tidak mau langsung ditenggelamkan," papar nahkoda asal Makassar, Sulawesi Selatan itu.

Bangkai-bangkai kapal yang ditenggelamkan akan menjadi tempat berkembangnya bagi kerumbu karang, kerang, dan ikan-ikan.

"Kayu kapal itu bisa jadi rumpon tempat karang. Arahnya ke sana, makanya kita tenggelamkan. Beberapa prosedur tetap kita lakukan seperti sterilisasi dari oli dan zat berbahaya," pungkas Samuel. (Ndy/Ans)