Liputan6.com, Surabaya - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menghadiri Harlah Muktamar ke-55 Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) se-Indonesia. Di hadapan ribuan kader PMII, ia menyoroti sejumlah hal yang dihadapi bangsa Indonesia.
Jokowi, begitu ia biasa disapa ini menuturkan, pertama soal MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Menurut dia, MEA bukan hanya permasalahan bidang ekonomi atau pasar bebas, tapi juga ideologi.
"Kalau tak hati-hati, ideologi lain juga bisa merusak bangsa," kata Jokowi saat memberi sambutan dalam acara Harlah Muktamar ke-55 PMII yang digelar di Masjid Agung Surabaya, Jawa Timur, Jumat (17/4/2015) malam.
Mantan Wali Kota Solo ini juga menyebut, faktor penyebab kemiskinan terbesar adalah angka buta huruf atau sumber daya manusia (SDM) di Indonesia yang mencapai sekitar 15,15 persen dari total keseluruhan.
‪"Karena itu saya akan mempercepat pendidikan tingkat atas dengan memperbanyak SMK/SMA Inpres. Sebab pertarungan ke depan adalah pertarungan kualitas SDM, bukan sumber daya alam (SDA)," imbuh dia.‬
Jokowi mencontohkan, bahwa negara seperti Singapura, Jepang atau Korea bisa maju itu bukan karena memiliki SDA melimpah, tapi karena SDM yang unggul dan melimpah.
"Sementara kita yang memiliki SDA melimpah, mulai dari minyak, kayu maupun batubara tapi tidak bisa maju karena salah dalam pengelolaan," lanjutnya.
Karena itu, mulai sekarang material SDA harus diolah di Indonesia baru bisa dibawa ke luar negeri. "Ini perlu dilakukan agar investasi juga bisa menyerap lapangan kerja," tegas Jokowi.
‪Disamping itu, pola pikir masyarakat dan tata kelola negara juga perlu diubah dari yang bersifat konsumtif menjadi lebih produktif. Misalnya, subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang tiap tahunnya mencapai Rp 300 triliun. Subsidi itu dinilai sebagai tindakan konsumtif dan kurang tepat sasaran sehingga harus diubah menjadi hal yang lebih produktif.‬
‪"Ini memang bukan kebijakan yang populis, tapi perlu saya lakukan. Padahal uang Rp 300 triliun itu bisa untuk membikin jalan kereta api di seluruh Indonesia yang belum terealisasi hingga saat ini. Saya yakin PMII tahu itu sehingga tak ikut demo menolak kenaikan BBM," ucap dia.‬
Selanjutnya permasalahan di Indonesia adalah darurat narkoba. Jokowi memaparkan, pengguna narkoba yang tewas akibat narkoba setiap harinya sekitar 50 orang. Ada 1,2 juta masyarakat Indonesia tidak bisa direhabilitasi akibat narkoba. Dan 64 orang terancam eksekusi mati.
"Tugas saya hanya menolak grasi para terpidana narkoba. Dan saya mengatakan kepada Perdana Menteri Australia dan Presiden Brazil bahwa ini adalah kedaulatan bangsa kita, ini adalah hukum di negara kita," tegas Jokowi.
Terakhir hal yang perlu diwaspadai Indonesia ialah gerakan radikal kelompok negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang sudah meracuni masyarakat Indonesia dan memecah keutuhan bangsa.
"Saat ini sudah ada 541 warga negara Indonesia yang terdeteksi bergabung dengan ISIS. Dan diperkirakan masih terdapat potensi peningkatan jumlah WNI yang terlibat ISIS. Saya menginstruksikan kepada semua instansi pemerintahan agar tidak ada kompromi kepada mereka yang telibat dengan ISIS," pungkas Jokowi. (Ali)
Jokowi: Tak Ada Kompromi dengan ISIS
"Kalau tak hati-hati, ideologi lain juga bisa merusak bangsa Indonesia," kata Jokowi.
Advertisement