Sukses

Perkuat Wawasan tentang Studi Al-Qur'an, Universitas PTIQ Jakarta Gelar Seminar Internasional

Universitas PTIQ Jakarta sukses menyelenggarakan Seminar Internasional sebagai bagian dari rangkaian acara '1st PTIQ International Quranic Studies Conference' di Auditorium Universitas PTIQ Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta - Universitas PTIQ Jakarta sukses menyelenggarakan Seminar Internasional sebagai bagian dari rangkaian acara '1st PTIQ International Quranic Studies Conference' di Auditorium Universitas PTIQ Jakarta.

Acara tersebut dilanjutkan dengan sesi diskusi paralel yang melibatkan para akademisi dan pakar dari berbagai disiplin ilmu. Kegiatan ini juga disiarkan melalui Zoom Meeting dengan partisipan lebih dari 500 peserta dan juga melalui Live Streaming YouTube PTIQ TV dengan jumlah tayangan serentak sampai 1400 penonton.

"Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka membuktikan, bahwa kita adalah para penjaga Al-Qur’an," ujar Ketua Pelaksana Conference Abd Muid Nawawi, melalui keterangan tertulis, Senin (24/6/2024).

Sambutan tersebut disambut hangat oleh para peserta yang hadir dari berbagai kalangan, baik akademisi, mahasiswa, maupun masyarakat umum. Kemudian, acara dibuka dengan Keynote Speech oleh Direktur Pascasarjana Universitas PTIQ Jakarta M Darwis Hude.

"Dalam tradisi tafsir Al-Qur’an, jangan heran jika banyak pandangan yang tidak sama dengan pandangan umum. Pentingnya keberagaman perspektif dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur’an," papar Darwis.

Sementara itu, moderator acara, alumni PKU Pascasarjana Universitas PTIQ Jakarta Zainal Abidin, menjelaskan peraturan diskusi yaitu etiap narasumber diberikan waktu 30 menit untuk menyampaikan paparan, kemudian masing-masing diberikan waktu 10 menit untuk membantah dan memberikan respons.

Narasumber pertama, Professor of Islamic Studies dari University of Notre Dame, USA Mun'im Sirryberargumen bahwa Al-Qur’an bukan hanya kalamullah tetapi juga kalam nabi.

"Allah hanya mewahyukan maknanya, tetapi secara bahasa dinarasikan oleh Nabi. Kita kehilangan percakapan intelektual yang tidak mau melihat kompleksitas," ucap Mun'im.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bantahan Narasumber Selanjutnya

Lalu, narasumber kedua, Director of Darul Archam Islamic Boarding School, Indonesia Muhammad Nuruddin membantah argumen Mun'im Sirry dengan mengutip dalil-dalil Al-Qur’an dan pendapat para ulama.

"Rujukan-rujukan yang dikutip oleh Prof Dr Mun'im Sirry tidak tepat. Tidak ada dalil Al-Qur'an yang digunakan oleh Prof Dr Mun'im Sirry. Kemudian, saya juga menyampaikan ayat Al-Qur'an yang mengancam mereka yang menyebutkan Al-Qur'an adalah ucapan manusia dengan neraka syakar," kata Muruddin.

Narasumber ketiga, dosen dari Kolej Universiti Perguruan Ugama Seri Begawan, Brunei Darussalam Mikdar Rusdi cenderung sepakat dengan Muhammad Nuruddin.

"Pengkajian tentang pemahaman Al-Qur'an haruslah berkaitan dengan kemajuan," kata Mikdar.

Dalam responsnya, Mun'im Sirry menyampaikan kritik terhadap pandangan Muhammad Nuruddin.

"Kesalahan Nuruddin adalah karena cara pandang yang salah, karena menurutnya cara pandang itu hanya ‘either or fallacy’, tanpa memikirkan pandangan alternatif," ucap Mun'im.

"Selain itu, ayat tentang ancaman 'neraka syaqor' adalah ucapan orang-orang musyrik yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah ucapan nabi dan tidak berdasarkan wahyu, sedangkan saya dan juga para ulama yang berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah wa kalamu rasulillah berpandangan bahwa tetap, Al-Qur’an pun adalah kalamullah, berbeda dengan yang dituduhkan kaum musyrik," sambung dia.

 

3 dari 3 halaman

Penjelasan Selanjutnya

Menanggapi hal tersebut, Muhammad Nuruddin menegaskan kembali posisinya.

"Saya belajar ilmu logika tidak menemukan adanya either or fallacy yang ada justru hukum kontradiksi, bahwa dua hal yang bertentangan itu tidak mungkin terhimpun," ucap dia.

"Contohnya, apakah mungkin ‘ini PTIQ dan ini bukan PTIQ dan kemungkinan ketiga’. Jadi ketika ada pernyataan ini PTIQ, maka pernyataan ini bukan PTIQ itu salah," jelas Nuruddin.

Seminar diakhiri dengan sesi tanya jawab yang sangat dinamis, menunjukkan tingginya antusiasme dan minat peserta terhadap topik yang dibahas.

Diskusi paralel yang dilaksanakan setelah seminar utama juga berjalan dengan sukses, memperkaya wawasan para peserta mengenai studi Al-Qur'an.

Acara ini diharapkan dapat terus memperkuat peran Universitas PTIQ Jakarta sebagai pusat studi Al-Qur'an terkemuka di dunia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.