Liputan6.com, Jakarta - Kematian Yoseph Sairlela selaku Koodinator Pos Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (SDKP) Kepulauan Aru, Maluku, masih misterius. Termasuk dengan maksud kedatangannya ke Jakarta.
Kementerian Kelautan dan Perikanan pun telah memastikan tidak ada instruksi kepada Yoseph untuk datang ke Jakarta saat peristiwa itu terjadi. Sehingga maksud kedatangan saksi kunci kasus perbudakan nelayan di Benjina ini belum diketahui.
"Pihak keluarga belum bisa dimintai keterangan," kata Kasat Reskrim Polrestro Jakarta Pusat, AKBP Tatan Dirsan Atmaja, di Jakarta, Rabu (22/4/2015).
Tatan juga enggan menyebut alasan utama keluarga Yoseph belum bisa dimintai keterangan dalam waktu dekat. Tapi, dia memastikan akan menggali informasi dari keluarga.
"Pihak keluarga juga nanti kami periksa, selain beberapa saksi yang sudah dimintai keterangan sebelumnya," imbuh dia.
Tatan menambahkan, dia akan menunggu hasil otopsi guna memastikan penyebab kematian Yoseph. Dengan hasil itu, polisi baru akan menentukan tindakan selanjutnya dalam penanganan kasus ini.
"Kami memang fokus pada penyelidikan apakah korban meninggal wajar atau tidak. Mengetahuinya tentu dengan hasil otopsi dokter," ucap dia.
Meski sudah memeriksa 5 saksi, Tatan mengaku belum mendapat titik terang terkait tewasnya anak buah Menteri Susi Pudjiastuti itu. "Masih dalam penyelidikan, masih menunggu hasil otopsi," tutup Tatan.
Yoseph Sairlela ditemukan tewas pada Sabtu 18 April 2015 di Hotel Treva Cikini, Jakarta. Kematian Yoseph diduga berkaitan praktik perbudakan ABK asing di Benjina, Kepulauan Aru, Maluku. Ia dianggap mengetahui informasi tentang PT Pusaka Benjina Resource yang terlibat dalam kasus tersebut. (Han/Yus)
Keluarga Anak Buah Menteri Susi Tewas di Hotel Akan Diperiksa
Polisi juga masih menunggu hasil otopsi guna memastikan penyebab kematian Yoseph.
Advertisement