Sukses

Didukung Penuh Parlemen Asia-Afrika, Ini Komentar Palestina

Perwakilan Palestina Abdullah MI Abdullah bahagia karena negara di Asia maupun di Afrika membahas secara rinci mengenai Palestina.

Liputan6.com, Jakarta - Satu di antara poin penting Konferensi Parlemen Asia-Afrika yang dihadiri 31 negara di Asia dan Afrika termasuk Indonesia adalah menyepakati mendukung kemerdekaan penuh Palestina. Bahkan deklarasi yang dihasilkan dengan rinci memberikan dukungan kepada Palestina.

Terkait dukungan itu, perwakilan Palestina Abdullah MI Abdullah menyatakan kebahagiaan karena negara di Asia maupun di Afrika membahas secara rinci mengenai Palestina.

Dia pun mengatakan solidaritas dan kebersamaan yang dibangun dalam pertemuan tersebut membuat Palestina mempunyai keyakinan untuk merasakan kebebasan dan merdeka sebagai sebuah negara.

"Saya sangat bahagia ada tempat khusus (dalam Konferensi Parlemen Asia-Afrika) untuk membahas Palestina. Warga Palestina tidak ada lagi ingin ada kehancuran, kami ingin mendapatkan kebebasan, kemerdekaan. Hal ini agar anak-anak kami bisa sekolah, bisa menghormati bendera kami," ujar Abdullah di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (23/4/2015).

Meski mendapatkan dukungan penuh dari Asia, termasuk Indonesia maupun Afrika, Abdullah menegaskan pihaknya juga akan terus mengupayakan mendapatkan kemerdekaan dengan tangan mereka sendiri.

Selain itu, untuk mewujudkan langkah kongkret, dia mengajak baik negara di Asia dan Afrika datang ke Palestina untuk membicarakan kerja sama bilateral.

"Kami akan tetap berjuang untuk tanah kami. Kami ingin Anda datang ke Yerussalem. Kami butuh dukungan Anda agar dapat mendapatkan model negosiasi yang tepat dan adil," tutur Abdullah MI Abdullah.

Menuai Dukungan

Dalam kesempatan itu, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan posisi Indonesia dari 60 tahun yang lalu dan sekarang pada Palestina adalah sama. Apalagi, kemerdekaan Palestina dianggap utang bagi KAA.

"Itulah yang dikatakan Presiden Soekarno dan Presiden Jokowi kemarin. Posisi bangsa Palestina butuh kemerdekaan karena di tanah Palestina banyak situs dan budaya yang dianut oleh dunia," papar Fahri.

Karena itu, sambung politisi PKS tersebut, masalah Palestina menjadi masalah global. "Kita harus kongkretkan upaya membuka blokade Israel. Saya ingin menyambung tawaran kongkret di mana seharusnya kita bisa melakukan kerja sama ekonomi dengan Palestina."

Sementara perwakilan Sudan, Abu Bakar Rabbai mengatakan, semua negara yang hadir pada KAA ini sudah mencapai kemerdekaannya setelah pada 60 tahun lalu belum ada yang merdeka. Karena itu, konferensi tersebut adalah momen tepat mendukung Palestina.

"Tahun ini, semua negara yang hadir sudah mencapai kemerdekaan. Tinggal Palestina. Palestina sudah diakui keberadaannya sejak tahun 2012. Sudan sudah memberikan dukungan. Perlu didirikan negara Palestina merdeka, tidak di bawah Israel. Saya mendukung KAA lebih mengupayakan dukungan terhadap Palestina," lanjut dia.

Senada dengan Abu Bakar, perwakilan dari Timor Leste, Andriano Do Nascimento, menegaskan bahwa Negaranya mendukung Palestina menjadi bangsa merdeka yang seutuhnya.

"Saya berdiri atas nama rakyat Timor Leste untuk mendukung kemerdekaan Palestina. Timor Leste sendiri mendukung kemerdekaan Palestina seperti resolusi PBB, dan konstitusi Timor Leste. Negara Asia-Afrika harus merealisasikan ini. Melalui kelompok parlemen ini saya berharap cita-cita itu bisa terealisasikan," tegas Andriano.

Dukungan Hati

Perwakilan Iran, Sudani, meminta dukungan kepada Palestina bukan hanya dengan tulisan dan kata-kata, tapi semuanya harus diwujudkan.

"Kita ingin mengantar bangsa Palestina menuju kemerdekaannya," tegas Sudani.

Dukungan serupa dikemukakan perwakilan dari Suriah, Samir Johara. Ia pun menuturkan negaranya pernah mengalami penjajahan oleh Israel, seperti yang dialami saat ini oleh Palestina. Karena itu, dengan momen KAA ini, maka penjajahan di Palestina harus dihentikan.

"Kami di Suriah juga mengalami penjajahan Israel hingga Tahun 1967. Kita perlu memahami pepatah Gamal Abdul Nasser (mendiang Presiden ke-2 Mesir), apa yang dirampas dengan kekuatan, harus diambil dengan kekuatan. Apa yang dilakukan saat ini belum cukup," beber Samir.

Samir menambahkan, negaranya sangat menentang adanya penjajahan Palestina. "Justru kita mengalami banyak ancaman. Kami di Suriah tetap mendukung (kemerdekaan Palestina). Kami berharap masing-masing di sini akan kembali dan bekerja memerangi terorisme dan ketidakadilan itu," pungkas Samir. (Ans)
 

Video Terkini