Liputan6.com, Jakarta - Revolusi mental bisa dicapai tanpa perlu adanya pertumpahan darah. Revolusi mental pula seharusnya membawa Indonesia berhasil jadi pusat ekonomi pada 2030 dan termasuk sebagai negara maju pada 2045.
"Revolusi mental yang dimaksud presiden kita, Pak Jokowi, itu mengubah karakter. Revolusi mental tidak harus pertumpahan darah, saya dukung 100 persen," kata Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono saat menjadi pembicara mengenai revolusi mental di Universitas Nasional, Jakarta, Sabtu (25/4/2015).
Pria yang akrab disapa SBY itu mengatakan sudah mendengar kata revolusi mental sejak lama. Kata tersebut kembali jadi perhatian saat Jokowi menggunakannya dalam kampanye Pilpres 2014.
"Pak Jokowi angkat revolusi mental, banyak yang tanya apa yang dimaksud beliau. Saya baca tulisan dia di Kompas, nonton wawancara dia di Metro TV, yang dimaksud dia tidak sama dengan yang dicetus Marx (Karl Marx), Hegel," tutur SBY.
SBY pun menjelaskan definisi revolusi mental, dengan menjabarkannya kata per kata. Revolusi, menurut Ketua Umum Partai Demokrat itu, adalah perubahan fundamental, sering disertai pertumpahan darah, meski tidak selalu. Sementara pengertian mental adalah kesadaran atau persepsi.
"Revolusi mental kalau saya boleh jadikan satu adalah perubahan fundamental dan total atas alam pikiran seseorang dan masyarakat agar negara kita 10-20 tahun lagi jadi negara maju dan sukses," ucap dia.
SBY juga meminjam buah pikiran mantan Rektor Universitas Nasional Sutan Takdir Alisjahbana bahwa revolusi mental membuat masyarakat berubah jadi lebih rasional. Selain itu, tidak tertutup dari budaya lain, tanpa menghilangkan budaya lokal.
Dia menambahkan, negara-negara Asia yang sudah melewati proses revolusi mental itu adalah Jepang, Tiongkok, dan India. SBY berharap, Indonesia bisa menyusul negara tetangganya tersebut.
"Ketika saya pimpin Indonesia selama 10 tahun, saya kerap katakan Indonesia punya visi besar. Sebelum abad 21 berakhir, kita harus tancapkan tonggak. 2045 kita harus kuat secara ekonomi, politik, juga peradaban harus kokoh. Kemudian pada 2030, Indonesia akan jadi emerging economy. Sangat mungkin 15 tahun mendatang," tutur SBY.
Selanjutnya: Gaya Humor SBY>>>
Gaya Humor SBY
Gaya Humor SBY
Chair of Global Green Growth Institute ini tidak membawakan pidatonya dengan gaya serius. Sesekali, ia memberikan humor ringan.
"Saya diberi waktu 40 menit, tolong diberitahu kalau sudah 5 menit. Makin tua, kadang sudah bicara, lupa waktu. Kalau lebih cepat, saya ikhlaskan pada pembicara lain," ucap SBY disambut gelak tawa hadirin.
SBY menjelaskan, dirinya harus bicara sesuai dengan waktu yang diberikan, karena di hadapannya ada Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi. Ia juga menyarankan, dengan nada bercanda, agar Yuddy juga mengurus para aparatur yang sudah pensiun, seperti dirinya.
SBY hadir dalam acara ini ditemani istrinya, Ani Yudhoyono dan iparnya, Pramono Edhie Wibowo. Hadir mantan menteri di Kabinet Indonesia Bersatu seperti mantan Sekretaris Kabinet Dipo Alam serta mantan Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin.
Sementara ada sekitar 5 mahasiswa menggelar aksi menolak kedatangan SBY ke Universitas Nasional. Mereka tidak sempat menyuarakan alasan menolak kedatangan SBY, sebab satpam kampus mencegahnya. (Mvi/Sss)
Advertisement