Liputan6.com, Jakarta - Prostitusi online di dunia maya akhir-akhir ini semakin marak. Hal ini membuat Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungn Anak Yohana Yembise, berencana menghapus situs esek-esek tersebut.
Rencananya dalam waktu dekat, Kementerian PPPA akan melakukan rapat dengan pihak terkait, untuk membahas maraknya prostitusi online.
"Rencana bulan depan mau adakan rapat koordinasi dengan pihak terkait seperti Kemkominfo, kepolisian dan Pusat Payanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A)," ujar Yohana saat ditemui di Vihara Saddharma, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Sabtu 25 April 2015.
Selain itu, kata Yohana, pihaknya juga sedang merencakan untuk menghapus situs atau laman prostitusi online. Karena bisnis esek-esek tersebut membuat resah masyarakat.
"Kita akan terus memantau perkembangan kasus tersebut. Kita akan terus perangi, ini yang akan merusak generasi bangsa," tegas Yohana.
Pembunuhan Deudeuh atau @tataa_chubby di kamar kosnya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan diduga bagian dari bisnis prostitusi online melalui dunia maya.
Deudeuh ditemukan tewas mengenaskan setelah dibunuh M Prio Santoso, yang merupakan tamu pelanggannya. Pria yang akrab disapa Rio itu membunuh lantaran tersinggung ucapan janda 1 anak asal Depok, Jawa Barat itu karena disebut bau keringat.
Baru-baru ini polisi juga menggerebek bisnis prostitusi di apartemen Kalibata City, yang diduga kuat melibatkan anak-anak di bawah umur. Dalam penggerebekan itu, polisi mengamankan 6 anak berusia sekitar 16 sampai 20 tahun yang menjadi pekerja seks komersil. Bahkan, di antara mereka ada yang tengah hamil.
Pesta Bikini
Pesta Bikini
Undangan mengikuti pesta bikini dalam acara bertema Splash After Class, sebagai bentuk kebahagiaan setelah menyelesaikan Ujian Nasional (UN) bagi siswa SMA di Jakarta mengejutkan banyak pihak.
Terkait pesta bikini, Yohana semula mengetahui sebagai singkatan. Bukan makna sesungguhnya. "Tadinya saya pikir mungkin bikini itu suatu singkatan. Namanya anak muda kadang suka membuat kata-kata yang membuat kita jadi kaget."
"Mungkin itu singkatan 'bi' itu apa, 'ki' itu dan 'ni' itu apa," sambung dia.
Namun, kata Yohana, sebagai upaya mencegah acara tersebut, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan pihak sekolah dan orangtua murid. Sebab fenomena ini sudah keluar dari identitas nilai-nilai budaya ketimuran.
Selain itu, Yohana menyebutkan akan segera bertemu dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan untuk bersama-sama membicarakan masalah kekerasan anak.
"Saya akan bertemu dengan beliau setelah pulang dari Malaysia. Waktu di pembukaan konfrensi KAA juga saya sudah bilang, mengenai semakin maraknya kekerasan terhadap anak, termasuk kekerasan seks terhadap anak," pungkas Yohana.
Baru-baru ini beredar ajakan kepada siswa SMA di Jakarta untuk menghadiri acara bertema Splash After Class, yang menggunakan dress code menggunakan pakaian musim panas dan bikini.
Acara yang akhirnya dibatalkan pihak penyelenggara Divine Production itu rencananya akan digelar di salah satu hotel di kawasan Jakarta Pusat mulai pukul 22.00 WIB.
Beberapa nama sekolah juga dicantumkan, seperti SMA 8 Bekasi, SMA 12 Jakarta, SMA 14, SMA 38, SMK 50, SMA 24, SMA Musik BSD, SMA 31, SMA 109, SMA 53, SMA Muhammadiyah Rawamangun, SMA 44, SMA Alkamal, SMA 29, dan SMK 26. (Rmn)
Advertisement