Sukses

Para Pemimpin ASEAN Berkomitmen Lindungi Warga dari ISIS

Bila tidak dicegah, paham radikal dan ektremisme dikhawatirkan menimbulkan masalah besar di kawasan Asia Tenggara.

Liputan6.com, Jakarta - Paham radikal dan ekstremisme menjadi perhatian dalam pertemuan para pemimpin ASEAN pada 25-27 April 2015 di Kuala Lumpur dan Langkawi, Malaysia. Para pemimpin negara Asia Tenggara ini pun satu kata dalam menangani masalah tersebut.

Menurut Direktur Jenderal kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri (Kemlu) I Gusti Agung Wesake Puja, radikalisme dan ekstremisme yang dirundingkan terkait dengan aksi bengis kelompok ISIS. 10 Pemimpin negara Asia Tenggara pun siap melindungi warga dari ajaran tersebut.

"ISIS, ISIL apa pun namanya, ada keprihatinan dari kepala negara (ASEAN)," ucap Puja dalam jumpa pers mingguan Kemlu di Jakarta, Kamis (29/4/2015).

"Masyarakat kita harus dilindungi dari pengaruh-pengaruh tersebut dari upaya-upaya brain wash (cuci otak) agar masyarakat kita supaya tidak ikut dalam gerakan-gerakan tersebut," sambung dia.

Lantaran itulah, dia mengharapkan adanya semangat dari negara-negara dan masyarakat Asia Tenggara untuk mencegah penyebaran ajaran ISIS. Bila tidak dicegah, paham radikal dan ektremisme dikhawatirkan menimbulkan masalah besar di kawasan Asia Tenggara.

"Dalam memajukan semangat moderation (sikap moderat), kita harapkan masyarakat punya dasar, punya fundamental yang kuat," papar dia.

"(Dasar itu) Bagaimana kita dapat embrace (merangkul), bagaimana kita merangkul perbedaan-perbedaan yang ada di negara kita," tandas Puja.

Ancaman ISIS dan paham radikal juga menjadi pokok bahasan dalam Konferensi Asia-Afrika di Jakarta, pekan lalu. Dalam pidatonya, Presiden Jokowi menyerukan negara Asia-Afrika untuk memberantas kelompok-kelompok radikal seperti ISIS.

"‎Kita harus kerja sama mengatasi kelompok-kelompok radikalisme, seperti ISIS," ucap Jokowi di JCC, Jakarta, Rabu 22 April 2015.

Menurut Jokowi, kelompok-kelompok berpaham radikal tersebut sudah menjadi ancaman kedaulatan negara. Terlebih bagi negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. (Ans/Yus)