Sukses

Di Tengah Gerimis, Semarang Night Carnival 2015 Digelar

Ratusan pelajar berjalan sendiri-sendiri sepanjang 2 kilometer. Mulai start di Titik Nol Kilometer dan finish di Kantor Walikota Semarang.

Liputan6.com, Semarang - Mendung yang menggelayut di langit Semarang sejak siang membuat warga Semarang, Jawa Tengah, gelisah. Mereka yang berkumpul di Jalan Pemuda Semarang (Bodjongweg) gelisah karena adanya isu penundaan hingga pembatalan Semarang Night Carnival (SNC 2015).

Isu itu tak hanya melanda para penonton, namun juga sebagian peserta karnaval yang mengaku sempat mendengar isu tersebut. Apalagi jelang dimulainya karnaval, hujan mulai turun.

"Saya tadi sempat dengar dari teman, kemungkinan ditunda. Tapi alhamdulillah enggak jadi hujan, hanya gerimis rintik saja," kata Kartika Dewi, salah satu peserta SNC 2015 kepada Liputan6.com di garis start yakni di Titik Nol Kilometer, Semarang, Minggu (4/5/2015) malam.

Tepat pukul 19.00 WIB, rombongan Walikota Semarang Hendrar Prihadi serta Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tiba di lokasi. Kedua pejabat itu membuka SNC 2015 dengan melepas 468 pelajar yang mengenakan kostum megah warna-warni.

Ratusan pelajar ini berjalan sendiri-sendiri sepanjang 2 kilometer. Mulai start di Titik Nol Kilometer dan finish di Kantor Walikota Semarang.

"Sesuai dengan temanya yaitu Semarak Semarang, kita tampilkan dari adik-adik SMP dan SMA yang sudah berlatih selama 2 bulan. Kita tunjukkan kalau Semarang memang semarak malam ini," kata Hendrar dalam sambutannya.

Setelah bendera start dikibarkan, kelompok Marching band dari Akpol bertugas membuka jalan. Penampilan yang atraktif pun mengawali defile. Baru kemudian dengan jarak yang cukup untuk menyimak keunikan masing-masing peserta, rombongan 468 peserta berjalan.

Kostum dari Bahan Daur Ulang

Para peserta dibagi dalam beberapa kelompok sesuai tema, yaitu dimulai dari etnik Jawa sebanyak 70 peserta kemudian diikuti oleh etnik Timur Tengah, Melayu, Cina, dan Belanda. Kelompok etnik Belanda merupakan kelompok terbanyak yaitu 134 orang dengan panjang barisan 200 meter.

Kostum yang ditampilkan oleh peserta terbuat dari bahan ramah lingkungan dan dimodifikasi sehingga membentuk kostum yang megah. Selain pelajar Kota Semarang ada juga kelompok tamu dari Solo Red Batik yang usia pesertanya dari 4 tahun hingga 45 tahun.

Dinamisasi peserta dibangun dengan memecah kelompok itu dengan marching band dan aksi Barongsai serta Liong Samsi dari Yon Arhanudse. Di barisan paling belakang, para pejabat Pemkot Semarang dan Pemprov Jateng menutup barisan dengan menumpang bus wisata bertingkat Semar Jawi.

Salah seorang pengunjung, Elly Sherllina mengaku cukup terhibur dengan SNC kali ini. Menurutnya kreativitas peserta dalam mendaur ulang bahan ramah lingkungan, termasuk ada pula yang berasal dari sampah, cukup memberi inspirasi.

"Sebenarnya kalau mau, ternyata apa pun bisa memiliki nilai tambah," kata warga Kuningan, Semarang yang mengajak 2 anaknya yang masih SD.

Semarang Night Carnival 2015 di Titik Nol Kilometer adalah sebuah momentum bagi Pemkot Semarang untuk merevitalisasi Semarang lama yang keramaian dan popularitasnya sudah tergeser ke kawasan Simpanglima.

Sementara bagi masyarakat, Titik Nol Kilometer adalah hal baru. Sebab selama ini banyak yang tak tahu letak Titik Nol Kilometer Semarang. (Ado)