Liputan6.com, Jakarta - Uap panas mengepul dari pipa gas panas bumi setelah longsor menerjang Kampung Cibitung, Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Suara ledakan terdengar saat longsor memutus pipa gas milik PT Star Energy Geotermal itu. Uap panas lalu mengepul di sejumlah titik di sekitar lokasi longsor.
Selasa malam, operasi pencarian sekaligus evakuasi korban longsor langsung digelar. Setelah 6 jam, TIM SAR berhasil mengevakuasi 9 warga yang tertimbun. 4 di antaranya tidak bernyawa termasuk seorang balita.
Longsor terjadi di lereng Gunung Bedil, Kampung Cibitung, Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan. Di sana tinggal 52 kepala keluarga atau sekitar 200 jiwa.
Longsor menerjang setidaknya 10 rumah warga. Sebagian tertimbun dan ada yang terbawa longsor. Pipa gas alam rusak parah dan terputus di beberapa titik.
Longsornya tebing setinggi 300 meter di Pangalengan sebenarnya sudah diprediksi. Video amatir sempat merekam Kampung Cibitung beberapa hari sebelum bencana.
Tampak retakan tanah di tebing. Di daerah ini pula terdapat pipa gas memanjang milik PT Star Energy Geothermal.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sebenarnya telah mengeluarkan surat peringatan bahaya longsor di Pangalengan. Rekomendasi pengalihan pipa dan evakuasi warga bahkan telah dikeluarkan kepada PT Star Energy dan Pemerintah Kabupaten Bandung pada 2 Mei 2015.
Indonesia memang daerah rawan bencana longsor yang mengancam 40,9 juta jiwa. Daerah rawan longsor tersebar di 274 kabupaten kota. Merata di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua.
Ada sejumlah faktor yang menjadikan sebuah daerah rawan longsor. Di antaranya lereng yang curam, terjadinya pelapukan geologi atau bebatuan, serta adanya campur tangan manusia seperti perusakan hutan. Dipicu curah hujan yang tinggi atau gempa bumi, bencana tanah longsor pun tidak terhindarkan.
Longsor di lokasi proyek energi panas bumi bukan kali ini saja terjadi. Pada 2013, longsor terjadi di lokasi proyek pengerjaan pembangkit listrik panas bumi geotermal di Desa Lempur, Gunung Raya, Kerinci, Jambi.
Saat itu longsor terjadi akibat hujan lebat hingga tanah perbukitan ambruk. Belasan pekerja yang melakukan penggalian tertimbun. 5 Di antaranya tewas dan 4 lainnya luka parah.
Duka selalu mengikuti para korban pascabencana terjadi. Korban tewas dan luka-luka berjatuhan.
Longsor menjadi salah satu bencana paling mematikan di Tanah Air sepanjang 2 tahun terakhir yang terjadi 600 kali dan merenggut lebih dari 380 jiwa.
Bencana alam memang di luar kuasa manusia. Namun bencana longsor bisa diprediksi dan diantisipasi supaya tak menimbulkan korban jiwa. Tak hanya tugas pemerintah, namun juga kita semua menjaga alam supaya bencana tak terulang.
Saksikan Barometer Pekan Ini selengkapnya dalam tayangan Liputan 6 Petang, Sabtu (9/5/2015), di bawah ini. (Nda/Ans)
Advertisement